Berita / Iptek /
Alsintan Sudah Musti Pakai B100
Reaktor Biodiesel milik PPKS Medan. Foto: Aziz
Jakarta, elaeis.co - Kementerian Pertanian (Kementan) kembali membikin terobosan, bahwa alat dan mesin pertanian (Alsintan) sudah musti pakai bahan bakar Biodiesel B-100.
Direktur Alsintan Kementan, Andi Nur Alamsyah menyebut, kewajiban penggunaan B100 itu sudah tertuang dalam kontrak dengan produsen Alsintan.
"Dari sisi aturan, barang yang kita beli menggunakan B100," katanya di sela-sela Rapat Kerja Kementan dengan Komisi IV DPR-RI, dua hari lalu.
Andi menjamin petani yang menggunakan B100 akan mendapatkan garansi dari penyedia. Garansi ini sudah menjadi persyaratan kontrak dengan produsen.
Andi mengaku kalau sampai sekarang ketersediaan B100 masih terbatas. Dan soal dampak B100, Andi menjamin kalau Alsintan bakal berfungsi baik.
"Dari BBP Mektan (Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian), traktor tidak ada masalah," katanya.
Direktur Jenderal Perkebunan, Kasdi Subagyono mengatakan, sebenarnya B100 sudah dipakai oleh 50 mobil di lingkungan Kementerian Pertanian. Bahan bakarnya disuplai oleh Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri) yang memiliki reaktor dengan kapasitas 1600 liter/hari.
Berdasarkan hasil uji coba pada mobil Toyota Hilux Turbo 2400 cc double cabin, mobil itu bisa menempuh jarak hingga 6.173 km. "B100 lebih efisien daripada solar. Satu liter biodiesel B100 setara dengan 13,1 km, sedangkan satu liter solar hanya 9,6 km," katanya seperti dilansir Gatra.com, Selasa (18/6).
Menurutnya, implementasi B100 masih dalam tahap uji coba kepada mobil dinas lingkungan Kementan. "Mulai kapan traktor, combined harvester, planter, dan Alsintan lainnya digunakan, harus koordinasi dulu dengan Kementerian ESDM (Energi dan Sumberdaya Mineral) meski dalam uji coba sudah seratus persen bisa dipakai," katanya.
Kasdi mengaku B100 masih dalam level penelitian. Nah, dalam implementasi dan komersialisasi, menjadi ranah Kementerian ESDM.
"Implementasi B100 merupakan tantangan ketika kita bisa meningkatkan konsumsi dalam negeri melalui bioindustri. Selama ini, tiap tahun kita mengekspor 30-31 juta ton minyak kelapa sawit," terangnya.
Dalam catatan elaeis.co, Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan juga sudah sejak lama memakai B100 untuk kendaraan di internal lembaga itu. Salah satunya adalah Jonder. "Ada sebulan lebih kita pakai. Enggak ada masalah. Yang jadi masalah nanti kalau bahan bakar itu kita pakai di ketinggian," ujar salah seorang peneliti PPKS Medan, Anshori Nasution.

Komentar Via Facebook :