Berita / Iptek /
Begini Proses Sawit Jadi Bahan Bakar Pesawat
Wendy Aritenang, PhD.
Jakarta, elaeis.co - Kalau biasanya kelapa sawit identik dengan minyak goreng, kini ada terobosan baru yang jauh lebih futuristik yaitu sawit bisa diolah jadi bahan bakar pesawat.
Hal ini diungkapkan oleh Wendy Aritenang, PhD, perwakilan Indonesia di International Civil Aviation Organization (ICAO), yang menyebut potensi sawit sebagai sustainable aviation fuel (SAF) sangat besar.
Menurut Wendy, konsep ini berawal dari kebutuhan global untuk menekan emisi karbon, khususnya CO2, demi mengurangi risiko pemanasan bumi dan perubahan iklim.
“Sektor penerbangan sipil menjadi salah satu yang ditargetkan untuk mengurangi emisi. ICAO memang fokus pada penerbangan internasional, tapi efeknya pasti juga akan terasa di penerbangan domestik,” jelas Wendy. Rabu (24/9).
ICAO memetakan beberapa cara untuk memangkas emisi, mulai dari teknologi pesawat yang lebih ringan, penggunaan material komposit, hingga sistem navigasi modern agar rute penerbangan lebih efisien. Tapi semua itu punya batas.
Solusi paling menjanjikan justru datang dari penggunaan energi alternatif. Saat ini, avtur atau bahan bakar jet masih sepenuhnya bergantung pada fosil. Di sinilah bioavtur berbasis sawit masuk sebagai game changer.
“Kalau avtur fosil bisa diganti dengan bahan bakar nabati seperti sawit, dampaknya akan sangat besar. Inilah yang disebut sustainable aviation fuel atau SAF,” kata Wendy.
Meski berbahan dasar nabati, tidak semua biofuel otomatis bisa dipakai untuk pesawat. Ada kriteria ketat yang harus dipenuhi: bahan bakunya harus berkelanjutan, ramah lingkungan, dan aman untuk performa mesin.
Kelapa sawit masuk kategori bahan baku potensial karena minyaknya stabil, volumenya besar, dan pasokannya melimpah di Indonesia. Dari proses ekstraksi hingga pengolahan lanjutan, sawit bisa dikonversi menjadi SAF yang kualitasnya setara dengan avtur fosil.
Bagi Indonesia, peluang ini bukan sekadar wacana. Sebagai produsen sawit terbesar di dunia, negeri ini bisa menjadi pemain kunci dalam pasar SAF global. Selain menekan emisi sektor penerbangan, pemanfaatan sawit untuk SAF juga bisa meningkatkan nilai tambah industri dalam negeri.
“SAF dari sawit adalah langkah konkret untuk menjadikan penerbangan lebih hijau. Indonesia bisa berada di garis depan dengan memaksimalkan sumber daya yang kita miliki,” tegas Wendy.
Dengan begitu, dari perkebunan sawit yang tumbuh subur di tanah air, energi hijau bisa terbang menembus langit dunia. Sebuah gambaran bahwa sawit bukan hanya sekadar bahan pangan, tapi juga bahan bakar masa depan untuk penerbangan global.







Komentar Via Facebook :