Berita / Serba-Serbi /
Helm Ramah Lingkungan ini Dibuat dari Limbah Sawit
Green Composite Helmet, helm ramah lingkungan berbahan baku limbah kelapa sawit. Foto: Ist.
Jakarta, elaeis.co - Indonesia masih menjadi negara penghasil minyak sawit (CPO) terbesar di dunia. Berdasarkan data United States Department of Agriculture (USDA), produksi CPO Indonesia bisa mencapai 45,5 juta metrik ton (MT) pada periode 2022/2023.
Besarnya produksi CPO berbanding lurus dengan melimpahnya tandan kosong (tankos) kelapa sawit. Pengolahan 1 ton Tandan Buah Segar (TBS) menghasilkan 22–23 persen atau sekitar 220–230 kg tankos atau juga disebut TKKS. Apabila industri sawit memiliki kapasitas pengolahan TBS 100 ton/jam dan waktu operasi selama 1 jam, maka akan dihasilkan sekitar 23 ton TKKS. Ketersediaan TKKS yang melimpah tersebut memerlukan solusi solutif untuk mengatasinya.
"Selama ini TKKS banyak dimanfaatkan menjadi pupuk. Namun, masih belum banyak bentuk diversifikasinya," kata Dosen Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) IPB University, Siti Nikmatin, pembuat helm berbahan TKKS, lewat keterangan resminya kemarin.
Siti melakukan inovasi dengan membuat helm berbahan baku tambahan dari serat TKKS yang memiliki sifat mekanis yang bagus dan dapat digunakan sebagai filler untuk meningkatkan kualitas fisik-mekanik helm proyek. Produknya dinamakan helm ramah lingkungan atau green composite (GC).
Dalam memproduksi helm, Siti bermitra dengan PT Intertisi Material Maju (PT IMM), mitra binaan PT Surveyor Indonesia (SI) yang berlokasi di Rawajaha, Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat. Inovasi pemanfaatan serat TKKS menjadi bahan baku material helm ini telah dipatenkan dengan nomor P00201609159. Secara komersil merk dagang yang digunakan adalah Green Composite Helmet.
Helm yang diproduksi telah lulus uji SNI serta memiliki nilai TKDN 71,21 persen. "Proses sertifikasi TKDN difasilitasi oleh PT SI. Selain itu, PT SI juga membantu dalam proses pendanaan untuk pembelian mesin pencacah sawit, registrasi di market place Padi UMKM, pelatihan branding, dan mengikutsertakan kami dalam pameran," ujar CEO PT IMM, Andika Kristinawati.
Untuk bahan baku, PT IMM menggandeng PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII di Jasinga, Kabupaten Bogor, untuk menyuplai TKKS. "Pengolahan TKKS pun dikerjasamakan dengan kelompok-kelompok tani di Jasinga," sebutnya.
Sebelum menjadi helm proyek, TKKS harus menjalani berbagai proses. Awalnya, TKKS berbonggol besar diberai menjadi serat-serat panjang oleh para kelompok tani. Biasanya pemberaian TKKS tersebut membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua pekan. "
Setelah itu, serat TKKS dicampur dengan plastik polimer dan diekstraksi menjadi granule-granule kecil. Granule tersebut yang kemudian diinjeksi menjadi cangkang helm. Cangkang itu kemudian melalui proses pengecatan dan baru dipasang berbagai elemen penguat untuk selanjutnya bisa dilepas ke pasaran.
"Helm ini bio composite, bukan sekadar polimer. Berpenguat serat alam, dan kami berkontribusi dalam pengurangan limbah TKKS. Hasil ujinya juga lebih bisa meredam benturan," Andika menjelaskan keunggulan helm GC ini.
Sejak 2017 hingga saat ini, helm GC sudah dipasarkan dari Sabang sampai Merauke baik melalui pesanan satuan maupun pre order (PO). Bahkan, pada masa pandemi Covid-19, helm yang dijual di kisaran Rp70.000-Rp350.000 tersebut sempat dipesan sebanyak 5.000 buah oleh komunitas pesepeda. "Paling mahal helm motor full face dan paling murah ialah helm proyek," ungkapnya.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Surveyor Indonesia, Rosmanidar Zulkifli mengaku bangga kepada PT IMM yang telah berperan dalam menjaga lingkungan melalui inovasi yang telah diciptakan.
Menurutnya, PT SI akan membantu UMK binaannya naik kelas dengan berbagai cara salah satunya peningkatan kapasitas teknis berupa pelatihan dan coaching.
“Kami membantu promosi melalui Aplikasi PADI UMK, digital marketing, serta mengikutsertakan dalam pameran dalam dan luar negeri. Selain itu, kami juga membantu proses sertifikasi TKDN dan halal bagi mitra binaan," sebutnya.







Komentar Via Facebook :