Jakarta, Elaeis.co - Rendemen adalah persentase minyak sawit yang dilakukan melalui proses pengolahan. Ini juga menjadi patokan terkait kualitas buah kelapa sawit milik petani.

Maka semakin tinggi angka rendemen itu akan berdampak semakin tinggi pula harga kelapa sawit hasil produksi kebun petani. Malah rendemen ini juga salah satu faktor yang digunakan dalam penetapan harga tandan buah segar (TBS) di sejumlah wilayah.

Seperti di Sumatera Selatan, dalam menetapkan harga TBS rendemen menjadi faktor yang penting. Sayangnya di Sumsel itu rendemen yang digunakan adalah rendemen dari Permentan. 

"Seharunya tahun ini rendemen di uji. Karena rendemen yanh diberlakukan di Sumsel sudah jatuh tempo. Yakni rendemen lima tahun lalu," ujar Wakil Ketua APKASINDO Sumatera Selatan, M Yunus saat berbincang bersama Elaeis.co, Kamis (9/12).

Kata Yunus uji tendemen itu membutuhkan biaya. Sementara pihak pemerintah provinsi tidak memiliki alokasi anggaran untuk pengujian tersebut. Sehingga pihaknya bersama Aspekpir akan mengajukan permohonan ke BPDPKS.

"Kita berharap ada perubahan dalam rendemen itu. Sehingga dapat membantu petani kelapa sawit," katanya.

Bukan hanya pihak dinas perkebunan provinsi saja yang dapat menggunakan rendemen ini untuk menetapkan harga TBS. Ini juga dapat menjadi acuan bagi Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang membeli TBS dari para petani swadaya (mandiri).

Artinya PKS tidak bisa sewenang-wenang menetapkan harga  kepada petani swadaya tadi. Malah rendemen tersebut dapat meningkatkan keuntungan PKS dalam membeli buah kelapa sawit.

"Kalau beli TBS dari pengepul kan seperti membeli kucing dalam karung. Nah kalau kebun petani sudah dilajukan uji rendemen maka jelas kualitas buah kelapa sawit yang akan dibelinya," katanya.

Namun sayangnya kata Yunus masih sedikit PKS yang mau bermitra dengan para petani untuk melakukan uji rendemen itu. Padahal PKS juga bergantung dengan hasil kebun petani, khususnya yang tidak memiliki kebun sendiri.