https://www.elaeis.co

Berita / Serba-Serbi /

Konsesi dan Peruntukan Lahan Usik Tatanan Komunitas Orang Rimba

Konsesi dan Peruntukan Lahan Usik Tatanan Komunitas Orang Rimba

Bedah buku Suara Alam dari Komunitas Kita membahas kehidupan Orang Rimba. foto: ist.


Jakarta, elaeis.co - Jauh di pedalaman Provinsi Jambi, hidup menyatu dengan rimba raya kelompok masyarakat yang dipanggil sebagai Orang Rimba.

Yeni Yuliyanti, Peneliti dari Pusat Riset Bahasa, Sastra, dan Komunitas (PR BSK) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah melakukan penelitian kurang lebih 45 hari di komunitas Orang Rimba. Hasilnya dituangkan dalam buku Suara Alam dari Komunitas Kita.

Saat bedah buku secara daring, Yeni mengungkapkan, istilah tak ada bunga tak ada dewa sudah sangat melekat pada Orang Rimba. Mereka percaya bahwa kelangsungan kehidupan di alam merupakan kuasa Tuhan.

Yeni lantas menceritakan bagaimana kecerdasan berbahasa dan bersastra Orang Rimba yang disebut seloka. Menurut pengamatannya, Orang Rimba lihai berseloka dalam kehidupan sehari-hari.

Dikatakan Yeni, di dalam Sastra Melayu, seloka termasuk dalam puisi bebas namun seloka merupakan peribahasa atau pepatah yang di dalamnya diberi sampiran dan berirama. ”Seloka Orang Rimba mengandung nasihat-nasihat cara menghargai alam, dan hidup berdampingan dengan alam. Karena alam telah memberi penghidupan untuk mereka,” jelasnya dalam keterangan resmi Humas BRIN dikutip Sabtu (6/4).

Yeni menyampaikan juga tentang sebaran Orang Rimba yang meliputi 3 kawasan, yaitu perkebunan kelapa sawit sebanyak 33% atau 1.807 jiwa. Kemudian di kawasan konsesi Hutan Tanaman Industri terdapat 15% atau 837 jiwa, dan di dalam kawasan Tutupan Hutan sejumlah 52% atau 2.842 jiwa.

Saat ini komunitas di pedalaman seperti Orang Rimba, merasakan bagaimana hutan yang menjadi sandaran hidup mereka tidak bisa secara penuh dan utuh diklaim sebagai wilayah penghidupan mereka. Juga tidak bisa dikelola berdasarkan kearifan dan pengetahuan yang mereka miliki.

Konsesi dan peruntukan lahan yang ditentukan pemerintah dan perusahaan, tentu saja mengusik tatanan komunitas yang sudah ratusan tahun hidup bersama dengan hutannya. Perusahaan-perusahaan yang beraktivitas membuka hutan, adanya transmigrasi, kemudian hadirnya perusahaan sawit, menjadi tantangan yang selanjutnya menjadi ancaman kehidupan Orang Rimba.

Hutan sangat erat kaitannya dengan komunitas Orang Rimba. Bukan hanya tempat berlindung, hutan merupakan etalase berbagai kebutuhan, penyedia air dan udara bersih, tempat mencari makan, serta berburu. Juga sumber obat-obatan, dan yang tak kalah penting, hutan sebagai pembentuk memori dan penjaga identitas komunitas adat.

Luasan hutan dari tahun ke tahun berkurang akibat dari alih fungsi hutan menjadi perkebunan, program transmigrasi, dan hutan tanaman industri. Pelan namun pasti, kondisi ini mengikis identitas bahkan rasa percaya diri dari komunitas yang menggantungkan hidupnya dari hutan alami.

Di dalam buku inilah para periset melihat bagaimana suara alam dari komunitas Orang Rimba menggunakan sastranya yang disebut seloka. Sehingga hal itu mempengaruhi dan menjaga ekosistem kehidupan di alam yang berdampingan dengan manusianya.

Ade Mulyanah, Kepala PR BSK BRIN dalam pengantar bedah buku mengungkapkan, diskusi seperti ini akan menjadi satu tradisi yang baik sebagai kontribusi dari para peneliti untuk masyarakat dan akan terus dilakukan.

Dia menekankan, tujuan penulisan buku tersebut untuk menyadarkan penghuni bumi agar mengubah gaya hidup dari perusak bumi menjadi pemelihara bumi. ”Semoga buku ini dapat memberikan kontribusi dalam bidang bahasa dan sastra yang dikaitkan dengan lingkungan dan ekologi,” harapnya.

Dewi Candra Ningrum dari Universitas Muhammadiyah Surakarta selaku editor buku mengatakan, buku tersebut merupakan artefak politik budaya dan ekologi yang sangat dibutuhkan saat ini dan yang akan datang.

”Tulisan-tulisan di dalamnya, banyak menarasikan dokumentasi tentang air, vegetasi, beragam spesies. Kemudian saling bersinggungan secara multi matra dengan tradisi dan modernitasnya,” ungkap Dewi.


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :