Berita / Nasional /
Kemenhut Siapkan Solusi Integrasi Hutan dan Sawit yang Berkelanjutan
Sekretaris Ditjen Pengelolaan Hutan Lestari Kemenhut, Muchamad Saparis Soedarjanto, jadi pembicara di ICOPE 2025. Foto: Kemenhut
Jakarta, elaeis.co – Polemik perkebunan sawit dalam kawasan hutan belum menemukan penyelesaian permanen. Kementerian Kehutanan (Kemenhut) terus mencari solusi terbaik untuk masa depan industri kelapa sawit Indonesia. Pengelolaan hutan dan industri memiliki keterkaitan yang erat dan perlu diintegrasikan dengan baik.
Sekretaris Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari Kemenhut, Muchamad Saparis Soedarjanto mengatakan, lebih dari 95% kawasan hutan berfungsi sebagai penyangga kehidupan. Hutan Indonesia tak hanya menjadi sumber air bersih, tetapi juga penyedia sumber energi dan bahan pangan. Namun, perkembangan industri, terutama perkebunan sawit, menuntut perhatian serius karena mengancam keberlangsungan hutan.
“Hutan dan sawit harus dilihat sebagai satu kesatuan lanskap yang saling mendukung,” katanya dalam pernyataan resmi dikutip elaeis.co Selasa (18/2).
Dia menjelaskan, dengan pertumbuhan budidaya sawit yang mencapai 1,25% per tahun, maka kebutuhan untuk menjaga keseimbangan ekologis menjadi semakin mendesak dan nyata. “Artinya, hutan dan perkebunan sawit tidak dapat dipisahkan. Keduanya harus menjadi bagian dari lanskap yang harmonis, berkontribusi pada ekonomi lokal tanpa mengorbankan lingkungan,” paparnya.
Dia lantas mendorong transisi dari pengelolaan berbasis kayu menuju model berbasis masyarakat untuk memastikan bahwa semua pihak terlibat dalam menjaga keberlanjutan. “Perubahan kebijakan diperlukan agar hutan dan hasil non-kayu bisa dikelola secara berkelanjutan. Paradigma pengelolaan harus bergeser dari berbasis kayu menjadi berbasis masyarakat,” jelasnya.
Langkah-langkah perlindungan hutan nilai konservasi tinggi (High Conservation Value/HCV) dan mitigasi bencana alam juga menjadi bagian penting dari strategi ini. “Kami percaya bahwa integrasi antara hutan dan sawit bukan hanya diperlukan, tetapi juga mendesak untuk masa depan yang lebih baik,” tukasnya.
Menurutnya, dengan upaya dan komitmen yang tepat, harapan untuk menjaga keanekaragaman hayati dan mengurangi emisi karbon bukanlah mimpi semata. “Kita harus aktif melibatkan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam,” sebutnya.
Di tengah ancaman deforestasi dan dampak perubahan iklim, Indonesia yang memiliki hutan seluas 116 juta hektare menghadapi tantangan monumental. Maka dari itu, diperlukan untuk mengubah paradigma pengelolaan hutan. Dia mengungkapkan visi ambisius untuk menyelamatkan hutan Indonesia.
“Perlindungan kawasan hutan bukan hanya untuk kesejahteraan rakyat, tetapi juga untuk perekonomian global. Sejak 1970, hutan telah menjadi tulang punggung perkembangan ekonomi kita. Namun, kita kini dihadapkan pada tantangan besar, yaitu mengintegrasikan pengelolaan hutan dan industri sawit,” terangnya.







Komentar Via Facebook :