Banjarmasin, elaeis.co - Kabupaten Kotabaru merupakan salah satu sentra perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Selatan (kalsel). Untuk melindungi keberlangsungan sektor sawit di daerah itu, Karantina Pertanian Banjarmasin melaksanakan pemantauan dan pengawasan kemungkinan serangan penyakit dan hama sejak dini.

"Untuk mempertahankan potensi komoditas ekspor tersebut, kami melakukan pemantauan organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) pada tanaman kelapa sawit," jelas Misnawati, pejabat karantina pelaksana pemantauan, melalui keterangan resmi Karantina Pertanian Banjarmasin.

Menurutnya, kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui status daerah sebar OPTK seperti Candidatus Phytoplasma Palmae yang menyebabkan penyakit Lethal Yellowing serta cendawan yaitu Cercospora elaedis dan Fusarium oxysporus f.sp elaedis.

Misnawati mengungkapkan bahwa kegiatan pemantauan rutin dilakukan setiap tahun, tetapi sasaran komoditasnya berbeda. 

"Tahun 2023 ini kami mendapat tugas untuk memantau OPTK pada tanaman kelapa sawit. Salah satu sasaran pemantauan ini yaitu Candidatus Phytoplasma Palmae yang mana penyakit ini statusnya belum ada di Indonesia. Akan tetapi gejalanya sangat sulit dideteksi di lapangan," jelasnya. 
 
Pelaksana Tugas Kepala Karantina Pertanian Banjarmasin, Nur Hartanto menambahkan bahwa hasil pemantauan ini dapat digunakan sebagai dasar perbaikan daftar OPTK yang harus dicegah masuk, keluar, dan tersebarnya dari dan ke Provinsi Kalsel.

"Pemantauan sangat penting dilakukan agar keberadaan suatu OPTK dapat diketahui dengan cepat sehingga tindakan selanjutnya segera dapat dilakukan. Oleh karenanya, pemantauan juga menjadi fokus kami," pungkasnya.

Dengan melindungi tanaman unggulan ekspor dari serangan OPTK, potensi terwujudnya program Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (Gratieks) sangat terbuka luas. "Karantina Pertanian akan melindungi negeri dari serangan OPTK untuk keberlangsungan ketahanan pangan bangsa."