https://www.elaeis.co

Berita / Iptek /

BRIN dan Jepang Bikin Teknologi Gas dari Sawit, Hemat Ruang dan Biaya

BRIN dan Jepang Bikin Teknologi Gas dari Sawit, Hemat Ruang dan Biaya


Jakarta, elaeis.co - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan dua perusahaan Jepang, Yachiyo Engineering Co., Ltd. dan Atomis Inc untuk mengembangkan teknologi baru yang bisa mengubah limbah kelapa sawit menjadi gas metana. Gas ini siap dimanfaatkan sebagai energi alternatif pengganti LPG impor, sekaligus lebih hemat ruang dan biaya.

Kepala Pusat Riset Teknologi Polimer BRIN, Joddy Arya Laksmono, menjelaskan, inovasi ini memungkinkan gas metana disimpan dalam wadah lebih kecil berkat tambahan material MOF, sehingga distribusi ke rumah tangga bisa lebih mudah. 

“Tekanan gasnya hampir sama dengan LPG, tapi volumenya bisa 1,5 kali lipat lebih banyak. Sistem ini hemat ruang tapi tetap bernilai ekonomi tinggi,” jelas Joddy.

Teknologi ini ditargetkan bisa diproduksi secara komersial melalui startup berbasis riset pada tahun 2027. 

Namun, Joddy menambahkan, dukungan regulasi juga diperlukan agar teknologi ini bisa diterapkan secara luas. Saat ini BRIN sedang berkoordinasi dengan BSN untuk menyusun RSNI yang mendukung implementasi sistem ini.

Dari pihak Jepang, Hajime Watanabe dari Yachiyo Engineering mengatakan, kerja sama ini bertujuan mendorong kemandirian energi Indonesia. 

“Sebagian besar LPG 3 kilogram di Indonesia masih impor dan membebani subsidi. Indonesia punya potensi besar dari gas metana lokal, termasuk limbah sawit. Dengan sistem berbasis kontainer, kapasitas penyimpanan bisa tiga kali lebih besar dari sistem konvensional,” ujarnya.

Teknologi ini juga dilengkapi sistem digital untuk memantau distribusi gas metana secara real time, sehingga lebih aman dan efisien. 

Sementara itu, Daisuke Asari dari Atomis Inc. menambahkan, penyesuaian material penyerap gas penting agar proses adsorpsi-desorpsi metana berjalan optimal sebelum diuji di pasar.

Direktur Manajemen Kekayaan Intelektual BRIN sekaligus Ketua Biogas Indonesia, Muhammad Abdul Kholiq, menilai limbah sawit memiliki potensi besar. 

Limbah pabrik kelapa sawit seperti Palm Oil Mill Effluent (POME) dan Empty Fruit Bunch (EFB), bahkan sampah perkotaan di Jakarta hingga 7.500 ton per hari, bisa dijadikan sumber energi alternatif ini.

Para peneliti menekankan, teknologi ini tidak hanya mengurangi ketergantungan LPG impor, tapi juga membuka peluang startup energi bersih nasional, mendukung pemanfaatan sumber energi terbarukan, dan memberi nilai tambah bagi limbah sawit di daerah penghasil sawit.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :