Jambi, elaeis.co - Anjloknya harga TBS sawit sepanjang sebulan terakhir tidak hanya membuat petani kesulitan merawat kebunnya. Kondisi tersebut juga membuat banyak petani atau toke sawit yang menggunakan sewa guna usaha (leasing) kelimpungan membayar kredit.

Susan, karyawan salah satu perusahaan leasing di Jambi mengungkapkan, hampir 70% penyewa guna usaha (lessee) di tempatnya bekerja merupakan petani atau pengusaha sawit. Kebanyakan mereka membutuhkan kendaraan bermotor terutama mobil.

“Mobil itu dipakai debitur untuk kepentingan usaha, tapi banyak juga untuk kepentingan pribadi,” katanya, Senin (23/5).

Ia mengatakan, saat harga TBS sawit turun, banyak debitur melewati batas waktu pembayaran. Kebanyakan debitur menunggak pada akhir bulan April 2022 dan awal bulan Mei 2022.

“Memang banyak pembayaran macet saat harga sawit terjun bebas. Ketika harga sawit turun, banyak debitur lewat jatuh tempo sesuai dengan tanggal perjanjian awal,” jelas wanita berusia 28 tahun itu.

Dia menambahkan, saat harga jual TBS melambung tinggi, perusahaan itu tidak mengalami lonjakan penyewa guna usaha. Namun, penyewa guna usaha banyak yang memanfaatkan keuntungan untuk melunasi pembayaran.

“Pas harga sawit mahal, sampai Rp 4.000/kg, tak banyak yang mengambil barang. Tapi kalau melunasi pembayaran, banyak,” ucapnya sembari terseyum.

Menurutnya, jika pembayaran sudah melewati jatuh tempo, biasanya akan dikenakan sanksi oleh perusahaan. “Namun semenjak harga sawit turun, sejauh ini belum ada debitur yang dikenakan sanksi”.