Bengkulu, elaeis.co - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI) Sultan Bahtiar Najamudin, meminta pemerintah memberikan instensif khusus kepada pelaku usaha transportasi dan logistik pengangkut hasil perkebunan di daerah untuk menggunakan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi atau bio solar B30.

Hal ini disampaikan Sultan saat menerima keluhan dan aspirasi sopir truk pengangkut buah kelapa sawit ketika mendapati antrean panjang kendaran pengangkut sawit di Bengkulu yang masih terus berlangsung sampai Jum'at (21/7).

"Sebagai bagian penting dari rantai pasokan industri perkebunan kelapa sawit, kendaraan pengangkut hasil perkebunan sebaiknya diberikan instensif khusus dalam mengakses BBM bersubsidi," kata Sultan.

Aktivitas industri sawit yang padat karya saat ini tengah mengalami tekanan keuangan akibat penurunan harga crude palm oil (CPO) di pasar global. Secara langsung hal itu juga mempengaruhi volatilisasi harga di tingkat petani, jasa transportasi dan industri pengolahan CPO lokal.

Menurut mantan Wakil Gubernur Bengkulu ini, akibat rendahnya harga dan permintaan CPO, para pelaku bisnis jasa pengangkutan hasil perkebunan terpaksa harus mencari cara untuk mengakses Solar Subsidi di SPBU. 

Bahkan acap kali harus mengantri selama dua sampai tiga hari. Selisih harga BBM non subsidi jenis Dixlite dan bio solar yang terlalu besar mendorong para sopir truk memilih untuk rela secara diam-diam menggunakan bio solar (BBM bersubsidi).

"Hal ini tentu sangat mengganggu aktivitas ekonomi di sektor industri perkebunan. Karena biaya logistik yang tinggi juga sedikit banyaknya mempengaruhi harga TBS tingkat petani. Kami harap Pertamina sebagai distributor tunggal BBM bersubsidi mempertimbangkan aspirasi ini," tegas adik kandung dari Mantan Gubernur Bengkulu Fenomenal Agusrin M Najamudin tersebut.