https://www.elaeis.co

Berita / Pojok /

Filo Sawit

Filo Sawit

Firdaus saat berada di bawah tudung payung sawit, di antara aliran air yang jernih di belakangnya. foto: dok. pribadi.


Kenapa menghasut agar orang membenci Sawit (Elaeis guineensis)?. Oh, kerana dia merusak tatanan hidrologis lahan. Dia boros dalam pemakaian air. Dia menyumbang emisi gas rumah kaca sehingga secara global permukaan bumi makin bahang. Lantas? Atau jejangan para penghasut itu tak memiliki kebun sawit. 

Dua puluh empat jam waktu hilang percuma untuk investasi kampanye agar orang menolak jenis tumbuhan yang termasuk dalam keluarga Elaeis dan rumpun Arecaceae asal Afrika itu.

Kalau tak suka, usah tanam Sawit. Tanam yang lain saja sesuai kesukaan. Kan Sawit tidak memaksa-maksa kita untuk menanam dia? Polis pun tak akan menangkap orang yang tak mau bertanam Sawit.

Tapi kalau menggiring pikiran publik agar ramai-ramai membeci sawit (Fobia Sawit), salah-salah hemat bisa kena masuk lukap. Pikir-pikir lah…

Kalau tak suai, tanam saja tanaman lain sesuai selera. Usah mengajak orang menolak atau membenci Sawit (Fobia Sawit). 

Sawit adalah mikrokosmos yang dihadirkan Tuhan di kulit ari biosfir untuk sumber penghidupan dan kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan lain.

Mengutuk-ngutuk makhluk ciptaan-Nya bisa mendatangkan laknat dan hidup menderita dunia akhirat. Diam saja kalau tak suka.

Lagi pula, apakah dengan saban masa mengutuk sawit akan mengubah hidup dari merana menjadi sejahtera? Kalau Ya, teruskan lah mengutuk. 

Sumpah serapah melepaskan energi negatif, siap-siap lah menuai bala atau petaka. Puja-puji dan harapan akan melepaskan energi positif, bersiap-siap lah menampung berkah dan anugrah. Tinggal pilih yang mana suka.

Atau kalau memang betul-betul sakti mandraguna, silakan segera sulap semua tudung payung (kanopi) kelapa sawit Riau menjadi tudung payung tanaman lain yang disukai para penghasut. 

Tapi harus memberi manfaat setara dengan Sawit yang dimaki hamun itu. Kalau tidak, makan lah sumpah serapah para pecinta atau petani Sawit (Filo Sawit) yang sudah menikmati perbaikan taraf hidup dari kemurahan hati Sawit.

Suka atau tidak, Sawit sudah menjadi “Titian Hati” masyarakat. Karena dah jatuh cinta kepada sawit itu lah, maka kelompok masyarakat itu bersalin nama menjadi Petani Sawit. Yang tetap “Pekak Hati” pun bersalin kulit menjadi Pemaki atau Penyumpah Sawit.

Saya pribadi sungguh berterima kasih kepada pemilik kebun sawit, baik milik pribadi atau pun korporasi. Kepada pengelola Koperasi Sawit Rakyat, saya berhutang budi karena telah sudi mengelola kebun sawit saya dengan baik. 

Saban bulan, saya dapat transfer uang yang masuk ke rekening dari penjualan hasil panen. Uang itu saya investasikan untuk kebutuhan pendidikan anak-anak saya. 

Kepada pemilik kebun sawit pribadi maupun korporasi, saya juga sungguh berhutang budi karena hobi saya memancing di parit-parit (kanal) kebun sawit tersalurkan untuk mengusir stress dalam pekerjaan.

Ketenangan suasana dan kesegaran udara di bawah tudung payung sawit saat memancing (Sawit Plantation Fishing Sport?) telah pula memantik inspirasi saya sebagai dosen untuk mengembangkan Pedagogi Sawit (Oil Palm Pedagogy) di masa hadapan, Insha Allah. 
Terima Kasih Sawit...


Prof. L.N. Firdaus
Dosen FKIP Universitas Riau. Alumnus Program Doktor dari Ecole Nationale Supérieure Agronomique de Montpellier, Perancis. Guru Besar Ekofisiologi Tumbuhan. 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :

Berita Terkait :