Aceh, elaeis.co - Pasca terjadi musibah banjir dan tanah longsor, perkebunan kelapa sawit di sejumlah wilayah di Provinsi Aceh belum dapat beraktivitas. Petani masih sulit menembus kebun akibat musibah beberapa waktu lalu itu.

Bukan hanya sulit ditembus, saat ini belum juga ada tenaga kerja yang siap untuk bekerja di kebun tersebut. Akhirnya petani belum bisa panen meski kebutuhan pokok mengalami lonjakan harga.

Bukan hanya bahan- bahan pokok, ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) juga akan menjadi momok baru bagi petani. Bagaimana tidak, armada angkutan kelapa sawit petani saat ini sulit bergerak lantaran masih sulitnya mendapatkan BBM tadi.

"Sebenarnya harga BBM di SPBU tetap normal, hanya saja di daerah bencana SPBU belum berfungsi karena mengalami kerusakan, ganguan listrik sehingga belum bisa akses untuk suplay BBM," ujar Fadhli Ali Wakil Sekjend Bidang Organisasi, Keanggotaan, Hukum dan Advokasi DPP Apkasindo kepada elaeis.co, Senin (8/12).

Perihal itu lah kemudian terjadi hukum ekonomi supply dan deman. Dimana ketika supply sedikit permintaan banyak maka harga melambung. Jika BBM mengalami kenaikan harga, maka ongkos angkutan sawit juga akan ikut melambung. Dampaknya harga sawit akan semakin rendah karena potongan ongkos angkutan tadi.

"Jadi karena terjadi kelangkaan BBM karena kesulitan akses tadi, maka harga BBM melambung di pengecer. Satu liter mencapai 2 sampai 3 kali lipat harga normal," tuturnya.

Secara umum lanjut Fadhli, di Aceh saat ini masih mengalami kelangkaan BBM.  Termasuk jenis BBM non subsidi.

"Kami kemarin jalan dari Aceh Barat Daya ke banda Aceh, sekitar 360 km. Ingin mengisi BBM di jalan tapi ngak ada BBM dari Aceh Barat Daya sampai Meulaboh, Aceh Barat. Kami baru dapat mengisi BBM pada SPBU jelang perbatasan Aceh Barat dengan Aceh Jaya," pungkasnya.