Berita / Sumatera /
Rupiah Melemah, Eksportir Cangkang Sawit di Bengkulu Berpotensi Untung
Pekerja membersihkan cangkang di Pelabuhan. Foto: IST
Bengkulu, Elaeis.co - Pelemahan nilai rupiah terhadap dolar AS menjadi sorotan utama dalam dunia bisnis di Bengkulu. Sebab pelemahan tersebut berpotensi menguntungkan eksportir cangkang sawit di provinsi Bengkulu, mengingat sebagian besar transaksi mereka menggunakan mata uang dolar Amerika Serikat.
Menurut Pengamat Ekonomi Bengkulu, Prof. Dr. Kamaludin SE MM, pelemahan rupiah bisa menjadi angin segar bagi para eksportir cangkang sawit. Karena nilai 1 Dolar Amerika Serikat saat ini mencapai Rp 16.263.
"Rupiah melemah akan menguntungkan pengusaha eksportir cangkang sawit karena pendapatannya dalam mata uang asing, umumnya US dollar," kata Kamaludin, Sabtu 20 April 2024.
Baca Juga: Pemerintah Berencana Potong Rantai Distribusi Kelapa Sawit
Selain itu, pelemahan rupiah juga memberikan keunggulan kompetitif bagi produk-produk ekspor Bengkulu turunan cangkang sawit. Hal ini membuat harga ekspor menjadi lebih kompetitif di pasar internasional.
"Bukan hanya cangkang sawit, produk turunannya seperti briket dan karbon aktif juga akan memiliki harga yang lebih kompetitif di pasar internasional," ujar Kamaludin.
Terkait hal ini, Perwakilan salah satu perusahaan eksportir cangkang sawit di Bengkulu, Ali Akbar menyatakan, tengah berupaya melakukan ekspor cangkang sawit. Namun kendala saat ini adalah pendangkalan alur pelabuhan Pulau Baai.
"Kami melihat peluang besar dalam situasi ini. Dengan rupiah yang melemah, kami dapat meningkatkan margin keuntungan kami dalam transaksi ekspor, tapi kami masih terkendala pendangkalan alur pelabuhan," ujar Ali.
Baca Juga: Petani Sawit Terancam Kesulitan Dapat Pertalite dan Solar Eceran, Ini Alasannya!
Meski menguntungkan, sebagian kalangan mengkhawatirkan dampak pelemahan rupiah terhadap inflasi dan daya beli masyarakat lokal. Namun, Menurut Pengamat Ekonomi Universitas Dehasen Bengkulu, Dr Ansori Tawakal SE MM pengaruh pelemahan rupiah terhadap inflasi dan daya beli tidak akan signifikan.
"Kenaikan harga barang-barang impor mungkin terjadi, tetapi dapat diimbangi dengan peningkatan pendapatan dari sektor ekspor," jelasnya.
Meskipun demikian, pemerintah daerah Bengkulu diharapkan untuk tetap waspada dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi daerah dalam menghadapi fluktuasi nilai tukar rupiah yang tidak menentu.
"Walaupun kondisi ini menguntungkan eksportir, namun Pemda di Bengkulu tetap harus mewaspadai fluktuasi nilai tukar rupiah yang tidak menentu terutama terkait barang impor," pungkasnya.







Komentar Via Facebook :