Berita / Nasional /
Regenerasi Terancam, Pemerintah Diminta Beri Insentif Modal Usaha kepada Petani Milenial
 
                Peserta workshop petani sawit milenial filedtrip ke kebun sawit: foto: Aspekpir
Jakarta, elaeis.co - Jumlah petani di tanah air semakin menyusut. Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Sultan B Najamudin meminta pemerintah untuk serius memperhatikan persoalan regenerasi petani Indonesia saat ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis data Sensus Pertanian 2023 Tahap I. Salah satu hasil sensus menunjukkan adanya penurunan jumlah petani dari 31,71 juta unit usaha pertanian tahun 2013 menjadi 29,3 juta pada 2023 atau terjadi penurunan 2,3 juta petani dalam 10 tahun terakhir.
"Pertanian merupakan investasi dengan hasil paling nyata dan menentukan bagi sebuah negara berkembang agraris. Dan petani sebagai pelaku usaha pertanian menjadi modal yang harus dipertahankan kualitas dan jumlahnya," kata Sultan melalui keterangan resminya dikutip Sabtu (16/12).
Meskipun tengah terjadi introduksi teknologi pertanian dalam skala yang besar, menurutnya, posisi petani masih menjadi kontributor utama ekonomi pertanian dan industri pangan nasional.
"Penurunan jumlah pelaku usaha pertanian tentu disebabkan banyak faktor dan motifnya. Tapi yang paling menentukan menurut kami adalah tentang ketersediaan insentif modal, teknologi dan pasar yang tidak terintegrasi," sebut mantan ketua HIPMI Bengkulu itu.
Menurutnya, modal usaha dan harga input agribisnis saat ini cukup besar dan sangat memberatkan petani. Sementara akses petani ke lembaga keuangan sangat kecil.
"Pemerintah sudah menggelontorkan ratusan triliun dana kredit usaha Rakyat (KUR). Namun itu tidak cukup signifikan menarik minat masyarakat khususnya generasi muda untuk terjun ke dunia pertanian," tegasnya.
Oleh karenanya, Sultan mendorong pemerintah untuk meningkatkan insentif fiskal ke sektor pertanian. Termasuk memberikan insentif modal dan teknologi pertanian kepada para milenial yang memiliki minat di sektor pertanian.
"Persoalannya, bahkan anak muda lulusan SMK dan politeknik pertanian tidak bersemangat untuk bertani. Akibat terjadi keterbatasan modal dan teknologi yang berujung pada ancaman krisis petani di Indonesia," tutupnya.
 







Komentar Via Facebook :