Berita / Bisnis /
Jurus Fokus 2+1 Astra Agro: Upaya Menjawab Tantangan Zaman Industri Sawit
 
                Djap Tet Fa (kanan) dan Bandung Sahari. Foto: Taufik Alwie
Pangkalan Bun, elaeis.co -- Fokus pada hal-hal penting yang memang perlu mendapatkan perhatian dan perlakuan khusus. Kemudian jeli dan tepat dalam menjabarkan perlakuan apa saja yang diperlukan pada titik-titik yang menjadi fokus tadi, yang harus relevan dengan kondisi kekinian dan masa yang akan datang. Begitulah kira-kira prinsip Djap Tet Fa dalam menakodai PT Astra Agro Lestari (AAL) demi mencapai kemajuan yang berusia panjang.
Prinsip penting dalam mengelola perseroannya ini “dibocorkan” Djap Tet Fa dalam forum internal tahunan Talk To The CEO 2025 di Hotel Mercure, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Kamis malam, 30 Oktober 2025. “Saya fokus pada dua hal plus satu, yaitu dua mahluk hidup, dan alam yang mendukung. Jadi, ada plant, kemudian people, lalu planet,” ucap Djap yang menjadi Presiden Direktur Astra Agro sejak April 2025 ini dengan nada serius, tapi tetap santai.
Dalam acara yang dipandu Direktur AAL Bandung Sahari itu, Djap kemudian memaparkan visi 3P tadi : Plant (Tanaman), People (Manusia), dan Planet (Bumi). Intinya, prioritas pada tanaman dan manusia, ditopang oleh komitmen pada planet, menjadi fondasi “jurus” strategis ini. Dari pemaparannya yang terstruktur sehingga mudah ditangkap intinya, jelaslah jurus ini bukan sekadar jargon keberlanjutan, melainkan kunci untuk bertahan terhadap tantangan zaman.di tengah perubahan iklim yang dihadapi industri sawit.
Pilar pertama: Plant
Pada pilar pertama ini, Djap menerapkan setidaknya tiga treatment. Yaitu Replanting, Riset dan Pengembangan, serta Sistem Operasi Masa Depan. Terkait Replanting, ia mengingatkan bahwa ancaman terbesar bagi industri sawit adalah usia tanaman tua. Karena itu diperlukan replanting secara masif dengan benih unggul tahan penyakit, khususnya ganoderma, serta produktivitas tinggi. AAL menargetkan peremajaan 8.000 hektare per tahun, meningkat tajam dari tahun-tahun sebelumnya yang 4.000-6.000 hektare per tahun.
Menyangkut R & D, AAL antara lain mengembangkan klon sawit berkualitas tinggi melalui kultur jaringan, menargetkan peningkatan produktivitas 20-25%. Ada pun mengenai sistem operasi masa depan, Djap menyebut perlunya pergeseran dan transformasi radikal dari metode operasional konvensional menuju sistem yang jauh lebih cerdas, terintegrasi, efisien, dan berkelanjutan melalui adopsi teknologi canggih.
Jika dicermati, hal ini merupakan perwujudan dari konsep smart plantation dan industri 4.0 dalam konteks kelapa sawit, yang mencakup seluruh rantai nilai dari pembibitan, perkebunan, hingga pabrik pengolahan. Djap memberi contoh, antara lain, penggunaan drone dan digitalisasi untuk memprediksi cuaca, mengoptimalkan pemupukan, dan memantau kesehatan tanaman secara real-time.
Pilar kedua: People
Pada pilar ini, Djap menyebut bahwa manusia yang terlibat dalam industri sawit harus mengalam peningkatan dan regrenasi. Tiga treatmennya, pertama, Edukasi dan Training guna meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang trampil dan adaptif terhadap teknologi baru.
Lalu, Pengembangan Karir, di mana diperlukan jalur karir yang jelas untuk mempertahankan talenta terbaik di industri. Kemudian berikutnya adalah Inovasi dan Penghargaan. Di sini budaya inovasi yang melibatkan seluruh karyawan dalam mencari solusi efisiensi dan keberlanjutan, yang merupakan salah satu syarat penting dalam meniti jenjang karir.
Pilar ketiga: Planet
Di sini diperlukan komitmen akan NDPE (No Deforestation, No Peat, No Exploitation). Salah satunya menyangkut fokus pada penurunan emisi karbon yang berasal dari palm oil mill effluent (POME). Gas methane dari POME merupakan gas rumah kaca yang 25 kali lebih kuat dari CO2.
Djap membeberkan bahwa AAL telah memiliki dua unit methane capture, yang berlokasi di Riau. “Desember nanti bertambah satu lagi, juga di Riau. Tahun depannya akan ada satu lagi di Sulawesi. Tahun 2030, kita targetkan memiliki total 10 unit methane capture di seluruh wilayah konsesi,” ujar Djap.
Selain mengurangi emisi, fasilitas ini menghasilkan Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk operasional pabrik. AAL juga telah menggalakkan penggunaan biomassa sebagai pengganti atau untuk mengurangi bahan bakar fosil. Juga penggunaan teknologi untuk memantau kawasan Bernilai Konservasi Tinggi (NKT) dan Stok Karbon Tinggi (SKT).
Masih pada pilar ini, treatment berikutnya adalah Smallholder Inclusion, yaitu upaya melibatkan petani kecil secara aktif dan bermakna dalam berbagai kegiatan. Seperti, rantai nilai komersial, kebjakan, dan program pembangunan. Tujuannya, meningkatkan kesejahteraan melalui akses yang lebih baik terhadap pasar, sumber daya, dan teknologi.
“Kami menyediakan semua itu. Jadi kalau ada petani butuh truk, misalnya, kita siapkan. Mereka nantinya mencicil dengan TBS,” kata Djap.
Sedangkan treatment ketiga adalah Dukungan Inovasi dan Digitalisasi. Salah satu yang telah dikembangkan adalah Sistem Informasi Kemitraan (SISKA) yang diterapkan perseroan dalam menjalin komunikasi digital yang real time, guna mempermudah proses transaksi TBS.
“Melalui SISKA, petani dapat memantau real time, kapan waktu yang tepat untuk mengirimkan TBS ke pabrik. Ibarat mau nonton film di Studio XXI, kan kita bisa memantau dan memesan tiket secara online, sehingga kita tahu kapan harus datang ke sana tanpa khawatir tak dapat slot atau harus menunggu lama,” Djap memaparkan.
Dengan strategi fokus 2+1 alias 3P ini, Astra Agro pun sangat optimistis membangun pertahanan berkelanjutan dan memastikan posisinya tetap relevan di tengah perdebatan sengit sawit global.







Komentar Via Facebook :