Berita / Nasional /
Pemprov Riau Rencana Bikin BUMD Sawit, Apkasindo: Itu Sudah Tepat, Apalagi Sampai Hilir
 
                Ketua Umum DPP Apkasindo, Dr. Gulat ME Manurung, M.P., C.APO., C.IMA. Dok.Istimewa
Pekanbaru, elaeis.co - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau tengah menggodok rencana pembangunan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) khusus sektor perkebunan kelapa sawit. Ini dilakukan guna memaksimalkan sektor tersebut.
Terobosan ini tentu mendapat sambutan positif dari petani maupun asosiasi kelapa sawit. Sebab, lahan yang sebelumnya digarap secara ilegal dan akhirnya dimenangkan oleh Pemprov Riau dalam gugatan di pengadilan, dikelola langsung oleh Pemprov.
Menurut Ketua Umum DPP Apkasindo, Dr. Gulat ME Manurung, M.P., C.APO., C.IMA, langkah Pemprov Riau sudah tepat. Bahkan ia menilai hal itu sangat strategis sepanjang dikelola oleh manajemen profesional dan mengedepankan tiga roh dimensi keberlanjutan, yaitu dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan.
"Tidak ada terlambat untuk memulai langkah strategis. Kita mendukung langkah tersebut. Namun kita menyarankan agar BUMD Riau ini tidak hanya membereskan sektor hulu yakni perkebunan saja, tapi juga harus masuk ke refinery sektor hilir sampai ke turunannya. Seperti pabrik minyak goreng dan biodiesel (FAME) bahan campuran solar fosil, terangnya kepada elaeis.co, Minggu (9/3).
Menurut Gulat, refinery teknologinya tidak seribet industri minyak bumi dan dan menggunakan pakai rupiah. Apalagi industri sawit bersifat re-versible, artinya usaha yang dipanen dan dapat kembali lagi melalui replanting. Berbeda dengan pertambangan yang bersifat ir-reversible tidak dapat kembali lagi.
"Riau harus kreatif untuk menambah PAD, jangan hanya berharap ke selama ini yang sudah ada seperti DBH minyak bumi yang semakin lama semakin menipis di dalam bumi. Apalagi DBH sawit nampaknya trendnya semakin menurun, jadi Riau harus lebih kreatif," paparnya.
"Saya yakin Pak Gubernur Wahid dan Pak Wagub SF, punya kemampuan untuk memulainya, karena mereka bukan tokoh yang muncul secara tiba-tiba, tapi sudah melalui banyak proses dan ujian sebelumnya," imbuhnya.
Sementara selain dari lahan yang dimenangkan dalam gugatan, Pemprov Riau juga dapat memanfaatkan izin HGU yang sudah tidak diperpanjang lagi. "Yang paling strategis segera dimulai dikerjakan adalah dengan membangun PKS ditengah perkebunan sawit rakyat, dimana PKS ini terkoneksi ke industri minyak goreng dan biodiesel, saya yakin pasti berhasil," tegasnya.
"Kita orang Riau banyak tidak tahu bahwa kilang pertamina yang menghasilkan biodiesel sawit terbesar di dunia itu ada di Dumai dan bahan bakunya hampir 100% dari perkebunan sawit Riau," timpanya lagi.
Menurutnya, di kilang Pertamina Dumai terdapat salah satu pabrik terbesar biodiesel di dunia, dimana di Kilang Pertamina Dumai proses blending FAME dengan Solar yang menghasilkan Biodiesel yang saat ini sudah B40.
Fatty Acid Methyl Ester (FAME) kelapa sawit adalah senyawa yang dihasilkan dari proses transesterifikasi asam lemak yang ada dalam minyak sawit dengan metanol. FAME merupakan bentuk biodiesel yang berasal dari minyak nabati (energi hijau), termasuk minyak sawit, dan digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan.
FAME dari minyak sawit dikenal karena stabilitasnya serta penggunaannya yang luas dalam bahan bakar terbarukan.
"Selain itu kita masyarakat Riau juga banyak yang tidak mengetahui bahwa di Dumai itu ada pabrik Green Diesel 100% minyak nabati sawit, D100 terkemuka di dunia milik Pertamina. Green-diesel minyak nabati sawit (D100) adalah minyak hidrokarbon tanpa kandungan oksigenat untuk bahan bakar mesin diesel putaran tinggi yang berasal dari bahan nabati sawit," bebernya.
Kedua Pabrik/Kilang Pertamina di Dumai tersebut adalah Kebanggaan Indonesia yang tidak pernah diceritakan di Riau, Indonesia dan dunia sangat berterimakasih ke Riau, tapi kita tidak pernah mendapat informasi tersebut secara publik.
"Dengan luas lahan perkebunan, Industri Hilir dan Kilang Pertamina Dumai, Masak Riau gak punya pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS), Gak punya pabrik minyak goreng dan biodiesel disaat Riau terbentang luas perkebunan sawit 4,102 juta ha, 25% dari total luas sawit Indonesia. Multiplier effect sawit akan semakin bermanfaat jika Pemprov Riau dibawah kepemimpinan Pak Wahid dan Pak SF masuk ke sektor tersebut," pungkasnya.







Komentar Via Facebook :