https://www.elaeis.co

Berita / Pojok /

Musdhalifah Machmud, Srikandi Pejuang Sawit Berkelanjutan

Musdhalifah Machmud, Srikandi Pejuang Sawit Berkelanjutan

Musdhalifah Machmud, Srikandi sawit asal Makassar. Dok.Istimewa


Jakarta, elaeis.co - Musdhalifah Machmud, Srikandi sawit asal Makassar, berjuang tanpa henti menjaga keberlanjutan kelapa sawit Indonesia, menggabungkan pengabdian, riset, dan inovasi untuk masa depan bangsa.

Di balik peran vital kelapa sawit bagi perekonomian, ada sosok yang terus menyalakan semangat keberlanjutan industri ini, dia adalah Musdhalifah Machmud. 

Perempuan asal Makassar ini baru-baru ini dilantik sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC). Bagi Musdhalifah, perjuangan bukan sekadar kata, melainkan gaya hidup. Ia memperjuangkan kebaikan yang tidak hanya dirasakan dirinya, tapi juga bangsa, dan bahkan masyarakat global.

Perjalanan Musdhalifah mengajarkan bahwa perjuangan dimulai dari hal sederhana: belajar dengan sungguh-sungguh. Sejak kecil, ia selalu berusaha meraih nilai terbaik. Ketika memutuskan merantau ke Pulau Jawa untuk kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB), tantangan pun menumpuk. 

Dunia baru, jauh dari keluarga dan zona nyaman di Makassar, mengajarkan arti sesungguhnya dari kerja keras dan ketekunan.

“Saat pindah ke Bogor, itu fase paling berat. Di Makassar, tanpa usaha ekstra, saya bisa selalu berada di peringkat atas. Tapi di sini, saya harus berjuang dua kali lipat,” ujarnya mengenang, Selasa (2/9).

Bagi Musdhalifah, setiap kesulitan selalu disertai kemudahan. Bantuan Tuhan datang bagi mereka yang gigih berusaha, dan doa menjadi senjata utama dalam menapaki setiap rintangan.

Bagi perempuan kelahiran 13 September 1964 ini, perjuangan tidak akan lengkap tanpa pengabdian. Perjuangan adalah menghadapi tantangan, sedangkan pengabdian adalah menggunakan segala yang dimiliki—waktu, tenaga, dan pengorbanan—untuk kebaikan yang lebih luas.

“Perjuangan dan pengabdian harus berjalan beriringan. Tidak melulu soal dana, tapi juga dedikasi, waktu, dan energi. Kadang, pengorbanan itu termasuk meninggalkan sesuatu yang kita cintai,” jelasnya.

Fase terberat Musdhalifah sebagai ibu adalah ketika harus meninggalkan anak-anak yang masih kecil untuk mengejar karier. Keputusan itu bukan mudah, tapi ia percaya bahwa membangun masa depan pribadi dan industri sawit adalah bentuk pengabdian yang lebih luas.

Dalam industri sawit, Musdhalifah tidak sekadar berbicara tentang produksi atau ekspor. Ia menekankan pentingnya riset dan inovasi agar sawit bisa dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan. Ia membandingkan kemajuan teknologi dengan cara manusia mengawetkan makanan; dulu rempah-rempah, sekarang freezer.

“Kelapa sawit harus terus dikembangkan dengan teknologi. Riset harus berjalan, inovasi harus diciptakan. Ekonomi masa depan kita ada di kelapa sawit, tapi sustainability adalah kewajiban,” tegasnya.

Perjalanan hidup Musdhalifah adalah teladan nyata bagi generasi muda. Dari Makassar ke Bogor, dari ruang kelas hingga panggung internasional, setiap langkahnya dipenuhi ketekunan, doa, dan dedikasi. Ia membuktikan bahwa menjaga keberlanjutan sawit Indonesia bukan sekadar tugas pemerintah atau industri, tapi misi bersama.

Musdhalifah Machmud bukan hanya Srikandi Sawit. Ia adalah simbol perjuangan tanpa lelah, pengabdian tulus, dan inovasi tiada henti, bukti nyata bahwa dengan kerja keras, pengorbanan, dan riset yang konsisten, masa depan bangsa bisa dijaga dan dikembangkan.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :