Pekanbaru, Elaeis.co - Pandemi Covid-19 tidak mempengaruhi ekonomi petani kelapa sawit. Meski demikian mereka terus menunjukkan semangat dalam ketahanan kebun berkelanjutan. 

Hal ini disampaikan Sutiana, Ketua KUD Tani Subur di Kalimantan Tengah saat mengikuti webinar bersama Kementerian Pertanian, Sustainable Palm Oil Initiative (SPOI)-UNDP Indonesia, dan Yayasan FORTASBI Indonesia dengan tema "Ketahanan Pekebun Kelapa Sawit Berkelanjutan dalam Menghadapi Pandemi Covid-19" pada Kamis (26/8).

Ia mengatakan, dari sisi ekonomi saat pandemi ini anggota koperasinya tidak ada masalah. Sebab agar memenuhi kebutuhan, mereka memanfaatkan sela-sela hamparan tanah sawit dijadikan sebagai tanaman tumpang sari. 

"Kemarin anggota tani subur panen jagung hasil tumpang sari sawit. Alhamdulillah hasilnya lumayan, selain itu kita juga ternak sapi," kata Sutiana ditengok Elaeis.co dalam wabinar itu.

Sutiana mengatakan, KUD Tani Subur memiliki kebun sawit seluas 1500 hektar. Dari jumlah itu, hanya 770 hektar atau 1400 kepala keluarga (KK) pekebun yang sudah memiliki ISPO/RSPO sejak tahun 2017. 

Selain berhasil mendapatkan sertifikat ISPO, KUD Tani Subur juga memiliki mesin duit lain dari rawa yang berada di dalam kebun. Sebab rawa itu dijadikan objek wisata. 

"Danau rawa itu kita jadikan restoran dan lokasi pemancingan. Sebelum pandemi, hasilnya dari danau itu kita menghasilkan Rp 2,2 miliar per tahun. Tapi sejak Corona melanda penghasilan dari wisata minus, dikarenakan usaha tidak boleh dibuka," kata dia.

Meski demikian, Sutiana bersama anggota siap menghadapi cobaan pandemi ini, malah pelaku UMKM terkena dampak pandemi Covid-19 diberikan solusi agar memanfaatkan lahan yang ada dengan menanam tanaman sela. 

" Ya seperti bercocok tanam, pekerja di pembuatan pupuk kompos ke hayati, pokoknya biar dapat penghasilan," kata dia.