Berita / Nusantara /
Maling Sawit Makin Marak, Toke Diminta Selamatkan Petani dengan Cara ini
 
                Pekerja menimbang hasil panen petani sawit. foto: ist.
Bengkulu, elaeis.co - Pencurian buah sawit di Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu, makin menjadi-jadi. Maling sawit tak pandang bulu apakah itu milik perusahaan atau kebun yang jadi tumpuan nafkah petani kecil.
Isnadi, seorang petani sawit di Kabupaten Seluma, mengaku rugi sekitar Rp 1 juta setiap bulan. "TBS kelapa yang hilang kurang lebih 500 kilogram, itu kelihatan dari bekas dodosan di pohon sawit," katanya, Senin (3/12).
"Kebun saya memang tidak dijaga di malam hari, kesempatan itu yang dimanfaatkan pencuri," tambahnya.
Yang lebih mengkhawatirkan, menurutnya, maling juga mengambil buah yang belum matang. "Ini sudah seperti penjarahan, buah yang diambil tidak pilih-pilih. Tanaman bisa rusak kalau begini," sesalnya.
Julian, petani sawit lainnya, juga mengaku rugi banyak akibat ulah maling. "Kebun yang lokasinya sulit dijangkau dan akses jalan yang buruk pun kemasukan kawanan pencuri. Benar-benar tak aman," keluhnya.
"Tidak semua petani berani menjaga kebunnya di malam hari. Banyak yang khawatir kawanan maling bertindak brutal dan mengancam keselamatan," tambahnya.
Dia berharap pemerintah dan aparat keamanan segera turun tangan mengatasi masalah ini. "Kami butuh bantuan pemerintah untuk melindungi hasil kerja keras kami," harapnya.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkadindo) Provinsi Bengkulu, A Jakfar, meminta para toke kelapa sawit tidak membeli TBS yang patut diduga hasil curian. "Ini demi melindungi hak dan mata pencaharian petani kelapa sawit," tukasnya.
Dia yakin para pengepul maupun pemilik loading ramp pasti mengenali para petani sawit di lingkungannya. "Kalau ada orang yang tidak punya kebun lalu tiba-tiba menjual sawit, dari mana dia dapat? Harus dipastikan bahwa penjual memiliki kebun sawit yang sah," sebutnya.
Dia menegaskan bahwa pencurian buah sawit bukan hanya merugikan petani secara ekonomi, tetapi juga menciptakan ketidakstabilan dalam rantai pasok dan produksi kelapa sawit. "Tanaman sawit bisa rusak akibat penjarahan. Petani juga tak bisa merawat tanaman kalau kehilangan penghasilan. Ini akan mengancam produksi sawit ke depannya," pungkasnya.
 







Komentar Via Facebook :