Berita / Nasional /
Komitmen Sawit Berkelanjutan Lewat Pengembangan Teknologi
 
                Kuntoro Boga Andri dalam acara HASI 2025 di Birawa Assembly Hall - Hotel Bidakara Jakarta. Dok.Istimewa
Jakarta, elaeis.co - Menghadapi sejumlah tantangan besar, Kementrian Pertanian (Kementan) terus komitmen untuk memperkuat pengembangan teknologi di sektor perkebunan kelapa sawit.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia Dr. Ir. H. Andi Amran Sulaiman, M.P lewat BRMP Pusat Perkebunan, Kuntoro Boga Andri S.P,. M.Agr,. Ph.D, dalam acara Hai Sawit Simposium (HASI) 2025 Rabu (7/5) di Birawa Assembly Hall - Hotel Bidakara Jakarta.
Andri mengatakan, sawit merupakan komoditas strategis nasional yang memberikan yang berkontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia.
Berita Terkait: HASI 2025 Resmi Dibuka, Kolaborasi Indonesia-Malaysia Dorong Transformasi Industri Sawit
Dalam lima tahun terakhir (2020–2024), industri kelapa sawit menunjukkan ketahanan dan adaptasi yang luar biasa. Dimana luas areal kelapa sawit nasional mencapai 16,83 juta hektar dengan produktivitas rata-rata nasional 3,6 ton per hektar/tahun.
Kemudian untuk produksi CPO sebesar 45,5 juta ton, dan Palm Kernel Oil (PKO) 4,7 juta ton. Sedangkan untuk volume ekspor menembus 30 juta ton dengan devisa lebih dari USD 28 miliar atau setara dengan Rp440 triliun, dan menjadikan sawit sebagai penyumbang devisa terbesar sektor perkebunan di Indonesia.
"Kendati begitu, kita juga menghadapi tantangan besar yaitu perubahan iklim, isu lingkungan dan sosial, serangan hama dan penyakit. Terutama penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan oleh cendawan Ganoderma Boninense, yang dapat menyebabkan kerugian hingga 50% di beberapa sentra produksi," ujar Andri.
Teknologi Pengendalian Ganoderma Terus Dikembangkan
Berbagai pengendalian Ganoderma terus dikembangkan mulai dari penggunaan agen hayati (Trichoderma sp), sistem monitoring digital berbasis kecerdasan buatan, hingga pengembangan varietas moderat tahan Ganoderma melalui bioteknologi. Ini membuktikan bahwa pendekatan agromodern adalah kunci keberlanjutan industri sawit.
"Kementerian Pertanian telah memperkuat pengembangan teknologi tersebut. BRMP saat ini, mengelola lebih dari 200 aksesi plasma nutfah kelapa sawit di kebun Sitiung, Dharmasraya-Sumatera Barat, hasil eksplorasi dari Kamerun dan Angola, sebagai sumber penting untuk perakitan terbaru varietas unggul sawit dengan hasil tinggi, tahan hama penyakit, dan adaptif terhadap perubahan iklim," imbuhnya.
Menurutnya, peluang perakitan berkelanjutan difokuskan pada varietas unggul baru sawit yang produktif dan ramah lingkungan, seperti sawit beremisi karbon rendah dan pemanfaatan limbah.
Sebelumnya, kata Andri dalam arahan Presiden Prabowo Subianto di Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) menyampaikan, bahwa swasembada pangan dan energi sebagai prioritas nasional.
Presiden menekankan pentingnya menjaga kebun-kebun sawit sebagai sumber energi masa depan. Kementerian Pertanian pun telah mengembangkan biodiesel berbasis minyak sawit, termasuk B50 dan B100, yang telah diujicobakan untuk kendaraan.
"Kementerian Pertanian saat ini juga tengah mendorong transformasi sistem produksi sawit melalui mekanisasi, digitalisasi, dan integrasi data berbasis Artificial Intelligence (AI). Penggunaan drone untuk pemupukan presisi, sensor IoT untuk pemantauan lingkungan, serta manajemen kebun berbasis GIS dan aplikasi digital semakin meluas," jelasnya.
Sementara, sebagai bagian dari RPJMN 2025-2029, Kementerian Pertanian juga menetapkan agenda transformasi perkebunan yang meliputi regenerasi pekebun dan tenaga teknis sawit.
Kemudian, digitalisasi dan modernisasi kebun rakyat dan penguatan hilirisasi industri sawit dan nilai tambah di dalam negeri. Lalu, konsolidasi data plasma nutfah dan produktivitas kebun nasional.
Disamping itu, perhatian besar juga diberikan pada program peremajaan sawit rakyat (PSR), peningkatan produksi CPO, diversifikasi tanaman pangan melalui sistem tumpang sari, pengembangan bioenergi, serta penguatan kerjasama internasional.
"Kita telah menandatangani beberapa nota kesepahaman (MoU), termasuk dengan Malaysia, Yordania, dan negara lainnya. Ini bertujuan untuk memperluas pasar ekspor dan kemitraan strategis," ujarnya.
"Kami menyadari bahwa keberhasilan transformasi sangat bergantung pada sinergi lintas sektor - antara pemerintah, lembaga riset, perguruan tinggi, pelaku industri, serta petani," tandasnya.







Komentar Via Facebook :