https://www.elaeis.co

Berita / Bisnis /

Ini 4 Penyebab Harga TBS Petani Sulit Naik

Ini 4 Penyebab Harga TBS Petani Sulit Naik

Ketua Umum DPP Apkasindo, Gulat Medali Emas Manurung saat menunjukkan posisi tanam benih kelapa sawit kepada Wapres Maruf Amin. Foto: ist


Jakarta, elaeis.co - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) bilang bahwa ekspor minyak sawit dan turunannya pada Agustus 2022, naik signifikan; 4,334 juta ton. Angka ini melonjak ketimbang bulan sebelumnya yang hanya 2,705 juta ton. 
  
Hanya saja, lonjakan ekspor ini tidak berarti apa-apa bagi petani kelapa sawit. Lho?

"Ini menarik, eskpor kita meningkat, tapi harga TBS tidak terdongkrak seperti yang diharapkan. Kalau kita tengok struktur harga TBS, salahnya dimana sih?" Ketua Umum DPP Apkasindo, Gulat Medali Emas Manurung bertanya saat berbincang dengan elaeis.co tadi pagi. 

Baca juga: Acuan Usang Harga Produk Sawit

Pertama kata ayah dua anak ini, bahwa rentang harga TBS dengan harga jual di sektor hilir, terlalu jauh. Terus, penetapan harga Crude Palm Oil (CPO) di Indonesia tidak kompetitif. "Yang menawar perusahaan itu-itu saja. Alhasi, penetapan harga ini sudah kayak arisan saja," katanya. 

Yang ketiga kata doktor lingkungan Universitas Riau ini, tata cara penetapan harga TBS yang diatur  Permentan, masanya sudah expire, sudah basi. "Saya enggak bilang Permentan itu enggak baik, tapi sudah kadaluarsa, sudah harus diperbaharui," ujarnya. 

Berikutnya, ada alasan korporasi yang menyebut bahwa DMO menghambat ekspor, padahal kenyataan di lapangan, ekspor itu lancar-lancar saja. 

"Kalau saya menengok, DMO ini justru dijadikan tameng untuk menangkis harga TBS sesungguhnya. Ini menjadi tameng untuk perusahaan bersinergi menekan harga TBS petani," Gulat menuding. 

Belakangan, ekspor minyak sawit dan turunannya meningkat. Tapi yang paling meningkat itu justru ekspor olahan CPO. CPO sendiri hanya berada di angka 1,337 juta ton.

Data GAPKI menyebut, ekspor olahan CPO itu mencapai 13,525 juta ton. Angka ini disusul oleh ekspor Oleokimia yang mencapai 2,722 juta ton. Kalau ditotal semua, volume ekspor hingga Agustus 2022 mencapai 18,435 juta ton. 

Hanya saja, meski volume ekspor olahan CPO yang paling bengkak, acuan harga TBS petani tetap saja harga ekspor CPO. 

Baca juga: Warning Pembeli Minyak Sawit di Singapura

Inilah yang membikin Gulat miris. "Sudah saatnya acuan penetapan harga TBS itu enggak lagi hanya harga CPO, tapi sudah harus dikombinasikan dengan harga produk turunannya. 

"Gimana pula kita mau menjadikan harga ekspor CPO menjadi satu-satunya acuan harga TBS disaat ekspor CPO kita cuma 7 persen? Yang benar sajalah," katanya.    



 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :