https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Hasil Uji Laboratorium Sudah Keluar, Benarkah Sungai Rambung Tercemar Limbah Sawit?

Hasil Uji Laboratorium Sudah Keluar, Benarkah Sungai Rambung Tercemar Limbah Sawit?

Staf DLH Serdang Bedagai mengambil sampel air sungai yang diduga tercemar. foto: Polres Sergai


Sei Rampah, elaeis.co - Pengusutan dugaan pencemaran limbah di Sungai Rambung di Desa Simpang Empat Sei Paret, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai (sergai), Sumut, masih berjalan. 

Kasat Reskrim Polres Sergai, AKP Made Yoga Mahendra SIK, mengatakan, pihaknya sudah memeriksa 3 perusahaan yang berada di sekitar aliran sungai tersebut. Namun sejauh ini belum ditetapkan pihak yang bertanggung jawab atas pencemaran Sungai Rambung.

“Kita akan lakukan uji laboratorium ulang atau yang kedua,” katanya melalui keterangan resmi yang diperoleh Senin (31/7). 

Made menyebutkan, pihaknya memang sudah menerima hasil laboratorium pertama yang dikeluarkan oleh UPTD Laboratorium Lingkungan, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Sumut tertanggal 27 Juni 2023. Hasil pengujian itu diterima melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sergai.

“Dugaan kandungannya lebih mengarah ke tapioka. Makanya kami ingin melakukan pengujian yang kedua untuk memastikannya,” tegasnya.

Terpisah, Kepala DLH Sergai, Hedi Novria, membenarkan pihaknya akan melakukan uji laboratorium ulang terhadap sampel air sungai yang diduga tercemar limbah. Sampel air itu diambil di dua titik. Di sisi hulu sungai diambil di kawasan Dolok Masihul, sedang di sisi muara sungai di kawasan Belidaan. "Pengambilan sampel air didampingi pihak Sat Reskrim Polres Sergai," sebutnya.

Temuan ikan dan udang yang mati terdampar di Sungai Rambung pertama kali dilaporkan terjadi pada Sabtu (3/6) lalu. Masyarakat menduga hal itu terjadi karena adanya dumping atau pembuangan limbah yang mengandung zat kimia oleh perusahaan sawit di hulu sungai. Polres Sergai lantas menggandeng DLH setempat untuk mengusutnya.
 
Sampel air sungai kemudian dibawa untuk diuji di laboratorium dan hasilnya sudah dikeluarkan oleh UPTD Laboratorium Lingkungan, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Sumut.

Dollar Sinuhaji, Kepala UPT Laboratorium DLH Sergai, menambahkan, dari sertifikat hasil pengujian sampel air yang diterima, terlihat bahwa nilai kebutuhan oksigen dalam Air (BOD) dari aliran sungai di hulu mencapai 7,69 sedangkan di hilir 10. 

"Memang dari hulu BOD sudah tinggi, seharusnya standar BOD 3. Jadi, yang kita peroleh lebih tinggi dari yang dipersyaratkan. Nah, disitulah dugaan adanya limbah," paparnya.

Selain BOD, ada satu senyawa lagi yang kandungannya tinggi. "Amonia atau NH3N air yang di hulu yakni 2,9 dan di hilir 3,2. Sementara yang dipersyaratkan hanya 0,2," jelasnya.

Dia menduga kandungan amonia tersebut kemungkinan besar merupakan penyebab matinya ikan dan udang di Sungai Rambung.

"Bisa saja ada petani yang bersawah atau berkebun, menaburkan pupuk di siang hari lalu malamnya turun hujan sehingga hanyut dan terbawa air menuju sungai. Dugaan kita amonia berasal dari pupuk urea, di dalam air bersifat racun,” pungkasnya.
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :