Berita / Komoditi /
Harga Cabai Naik Karena Masalah Pasokan, Bukan Ulah Toke
 
                Ridho Pamungkas dan stafnya melakukan pemantauan harga cabai merah di Pasar Roga. Foto: KPPU Kanwil Sumbagut
Medan, elaeis.co - Harga cabai di sejumlah provinsi di Sumatera bagian utara (sumbagut) masih relatif mahal. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kanwil I Sumbagut terus mengawasi pergerakan harga untuk mengantisipasi pedagang besar yang mempermainkan harga.
Di Kota Medan, Sumatera Utara, harga cabai merah keriting masih bertahan di kisaran Rp 83.000/kg. Di Banda Aceh cabai merah dihargai Rp 103.000/kg, di Padang, Provinsi Sumatera Barat, Rp 85.000/kg, Pekanbaru, Riau, Rp 88.000/kg, dan Batam, berkisar Rp 93.000/kg.
Untuk mengungkap penyebab mahalnya harga cabai, KPPU Kanwil I Sumbagut melakukan pemantauan secara langsung ke petani yang ada di Kabupaten Karo dan pusat perdagangan holtikultura terbesar di Sumut yakni Pasar Roga. Pasokan ke Medan, Banda Aceh, Padang, Pekanbaru, dan Batam, berasal dari sini.
Kepala KPPU Kanwil I Sumbagut Ridho Pamungkas, mengatakan, petani menjual cabai ke pasar dengan harga Rp 75.000/kg dan di Pasar Roga pedagang menjualnya Rp 80.000/kg sampai 85.000/kg.
"Harga cukup tinggi, sudah bertahan cukup lama karena memang pasokan cabai dari tanah Karo tidak begitu banyak di tambah adanya kegagalan panen cabai dari Aceh Tengah," katanya lewat keterangan resmi yang diterima elaeis.co, Selasa (26/7).
Dari keterangan petani, katanya, jenis bibit cabai yang dikembangkan di Karo saat ini adalah jenis hibrida. Biaya produksi petani akhir-akhir ini meningkat dari Rp 6.000/batang menjadi Rp 8.000/batang disebabkan mahalnya pupuk dan pestisida.
Dalam hukum pasar, katanya, fluktuasi harga diakibatkan oleh faktor penawaran dan permintaan. Pada komoditi pangan, berkurangnya pasokan bisa terjadi karena faktor panen atau perilaku pelaku usaha yang sengaja menahan produksi.
"Setelah menengok ke lapangan, penyebab sementara tingginya harga cabai diakibatkan pasokan yang kurang karena faktor cuaca serta naiknya biaya produksi," jelasnya.
Untuk menekan biaya produksi, Ridho mendukung upaya Pemprov Sumut untuk mengembangkan produksi pupuk organik. Selain itu, KPPU juga terus mengkaji pola distribusi cabai yang melibatkan berbagai pihak mulai dari petani, pengumpul, pedagang besar, dan pedagang eceran. Di mana masing-masing lini distribusi memiliki struktur pasar yang mempengaruhi harga akhir yang diterima konsumen.
"Yang selalu menjadi masalah terkait cabai adalah manajemen stok mengingat cabai adalah komoditi yang tidak bisa bertahan lama. Saya ingatkan para pedagang besar yang menguasai stok agar tidak mempermainkan harga untuk mengeruk keuntungan," katanya.







Komentar Via Facebook :