Berita / Sumatera /
GAPKI Babel Gelar Rakercab I 2025, Sederet Persoalan ini Jadi Sorotan
 
                Pembukaan Rakercab I GAPKI Babel di Pangkalpinang. Foto: ist.
Pangkalpinang, elaeis.co – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (babel) menggelar Rapat Kerja Cabang (Rakercab) ke-1 tahun 2025 di Kota Pangkalpinang.
Dengan mengusung tema “Menuju Kelapa Sawit Berkelanjutan melalui Peningkatan Pola Kemitraan serta Memperkuat Sinergi Tata Kelola Sawit”, kegiatan rakercab menjadi momentum strategis bagi pelaku usaha sawit di Babel untuk mengevaluasi capaian, memperkuat kolaborasi, serta merumuskan arah pembangunan industri sawit yang lebih berkelanjutan.
Rakercab tersebut dihadiri langsung oleh Ketua Umum GAPKI, Eddy Martono, Wakil Ketua Umum Bidang Organisasi, Satria, Ketua GAPKI Babel, Datuk Dr. Ramli Sutanagara, serta Sekretaris GAPKI Babel, Purnomo.
Sebanyak 43 perusahaan perkebunan kelapa sawit yang beroperasi di Bangka Belitung turut serta berpartisipasi dalam rakercab. Diantaranya PT Sawindo Kencana, PT Putra Bangka Mandiri, PT Bumi Permai Lestari, PT Tata Hamparan Eka Persada, dan PT Rebinmas Jaya.
Eddy Martono menegaskan bahwa rakercab ini bukan sekadar forum rutin, melainkan wadah penting untuk membangun kesepahaman dan mencari solusi atas tantangan industri sawit di tingkat daerah.
“Rakercab Gapki Babel 2025 sangat penting sebagai ajang evaluasi, perbaikan, dan sinergi dalam mengelola pola kemitraan. Kemitraan yang saling berkontribusi akan memberi dampak positif, tidak hanya bagi perusahaan, tetapi juga masyarakat dan bangsa,” jelasnya dalam keterangannya dikutip Rabu (27/8).
Di Rakercab juga dibicarakan program kerja tahun depan dengan fokus pada berbagai persoalan yang dihadapi anggota GAPKI Cabang Babel. Menurutnya, forum ini menjadi ruang untuk menyusun langkah konkret agar masalah yang muncul bisa segera diatasi. “Paling tidak masalah-masalah yang dihadapi anggota GAPKI di Babel ini bisa diatasi dengan kita melakukan perencanaan kerja, ditetapkan apa-apa yang harus kita lakukan,” jelasnya.
Eddy juga menyoroti persoalan produktivitas yang stagnan, sementara konsumsi minyak sawit terus meningkat. Kondisi ini dinilainya menjadi tantangan besar bagi industri sawit, mengingat Indonesia bukan hanya produsen terbesar, tetapi juga konsumen minyak sawit terbesar di dunia. “Karena itu kita perlu peningkatan produktivitas. Nah, solusi apa yang harus dilakukan oleh anggota GAPKI Babel,” tukasnya.
Selain persoalan produktivitas, Eddy juga menekankan perlunya perhatian terhadap aspek sosial dan tata kelola kawasan perkebunan. Menurutnya, perusahaan sawit harus membangun koordinasi yang lebih erat dengan pemerintah agar bisa menempatkan diri sebagai mitra strategis.
“Kemudian masalah yang berikutnya adalah masalah sosial, masalah-masalah kawasan. Ini harus ada koordinasi dengan pemerintah. Kita akan menempatkan diri kita sebagai mitra strategis pemerintahan, sehingga dengan program kerja ini seharusnya langkah-langkah itu bisa diselesaikan, seharusnya bisa di tahun berikutnya dan juga akhir tahun ini,” katanya.
Dia juga menyinggung soal pentingnya verifikasi terhadap izin usaha perusahaan perkebunan. Ia menekankan agar setiap perusahaan melakukan pengecekan dan klarifikasi terhadap legalitas lahan yang digunakan, khususnya yang berkaitan dengan kawasan hutan.
“Mestinya dengan adanya Satgas PKH, masing-masing perusahaan harus melakukan verifikasi dengan izin-izin yang sudah ada. Apakah benar kita posisinya di kawasan hutan dan bagaimana historikal data dulu waktu membangun kebun itu, seperti apa perizinan kita. Nah, dengan adanya satgas ini, manfaatkanlah untuk melakukan klarifikasi,” ujarnya.
Ramli Sutanagara mengakui bahwa tantangan industri sawit di Babel semakin kompleks. Mulai dari isu lingkungan, tata kelola, hingga keberlanjutan rantai pasok. Ia menekankan pentingnya sinergi lintas sektor agar sawit tetap menjadi salah satu penopang utama perekonomian daerah.
“Kami ingin perusahaan-perusahaan sawit di Babel terus membuka ruang dialog dan kerja sama dengan masyarakat, sehingga manfaat ekonomi bisa dirasakan secara lebih merata,” katanya.
Selain sesi pleno, Rakercab juga membahas sejumlah rekomendasi strategis, termasuk penguatan program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), peningkatan produktivitas melalui teknologi, serta upaya mengatasi kampanye negatif terhadap sawit Indonesia di pasar global.







Komentar Via Facebook :