https://www.elaeis.co

Berita / Pojok /

Gaduh Pabrik Kelapa Sawit

Gaduh Pabrik Kelapa Sawit

Aktifitas salah satu PKS tanpa kebun di Muaro Jambi, Provinsi Jambi. foto: ados


Oleh: Sudarsono Soedomo *)

Beberapa waktu belakangan, industri sawit mengalami kegaduhan dengan semakin maraknya kehadiran Pabrik Kelapa Sawit (PKS) tanpa kebun, khususnya kehadiran pendatang baru; PKS brondolan. 

Kegaduhan tersebut akibat dari ada pihak yang diuntungkan dan ada pihak yang dirugikan dengan terjadinya keseimbangan baru dalam pasar Tandan Buah Segar (TBS).

Tulisan ini membahas fenomena hengkangnya petani plasma dengan menjual TBS di luar PKS induknya.

Pemain utama industri sawit nasional dapat dikelompokkan menjadi: 1) Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan kebun, 2) PKS tanpa kebun, 3) Perkebunan besar tanpa PKS, 4) Petani sawit plasma, 5) Petani sawit mandiri. 

Baca juga: Tumpang Sari Padi Gogo-Jagung di Tanaman Sawit Muda

Kehadiran PKS tanpa kebun, terlebih PKS brondolan, mengancam pasokan TBS ke PKS dengan kebun dari petani plasma mitranya yang dapat menjual TBS-nya ke PKS tanpa kebun, sehingga merusak kemitraan yang telah terjalin. 

Sebaliknya, petani sawit mandiri diuntungkan oleh kehadiran PKS tanpa kebun karena cenderung mengangkat harga TBS.

Tindakan petani plasma menjual TBS bukan ke PKS induknya tidak dapat direduksi menjadi persoalan perbedaan harga TBS antara PKS dengan kebun dan PKS tanpa kebun semata. Sikap oportunistik ini kemungkinan besar memiliki alasan yang mendasar. 

Sikap oportunistik dalam bisnis merujuk pada perilaku yang mencari peluang untuk keuntungan pribadi tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang bagi pihak lain atau lingkungan sekitarnya. 

Memang, harga jual itu penting dalam bisnis, tetapi harga bukan satusatunya faktor yang diperhitungkan bagi bisnis yang berkelanjutan.

Bahwa PKS tanpa kebun harus menawarkan harga TBS yang menarik adalah mudah dipahami, karena hanya dengan cara itu PKS tanpa kebun dapat memperoleh TBS. 

Mengapa hal demikian tidak dapat dilakukan oleh PKS dengan kebun kepada petani plasma sebagai mitranya? Ini pertanyaan pokoknya. 

Baca juga: Haruskah Kemitraan Diwajibkan?

Kita semua paham, bahwa pastilah ada harga TBS tertentu, sebutlah harga maksimum, yang bila dilampaui maka PKS akan merugi. 

Dengan demikian, maka kecil kemungkinan bahwa PKS tanpa kebun mampu membeli TBS dengan harga di atas harga maksimum untuk jangka waktu yang panjang.

Salah satu alasan mengapa PKS dengan kebun menawarkan harga lebih rendah dari harga yang ditawarkan oleh PKS tanpa kebun adalah peran avalis PKS dengan kebun. 
Nampaknya, alasan ini kurang dapat diterima, karena biaya pembangunan kebun plasma dibebankan sepenuhnya kepada petani plasma, yang pembayarannya dilakukan dengan cara mencicil. 

Perlu dicari faktor yang lebih substansial, karena petani plasma pastilah ingin berbisnis secara nyaman dan aman, terutama dengan induknya. 

Mematikan PKS tanpa kebun dengan regulasi pemerintah adalah bukan pilihan.


*) Guru Besar Kebijakan Kehutanan, IPB University

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :