https://www.elaeis.co

Berita / Pojok /

Tumpangsari Padi Gogo-Jagung di Tanaman Sawit Muda

Tumpangsari Padi Gogo-Jagung di Tanaman Sawit Muda

Tumpangsari padi gogo di Batang Hari, Provinsi Jambi. foto: aziz


Oleh: Sudarsono Soedomo *)

Dalam rentang umur nol hingga tiga tahun, tajuk tanaman sawit belum sepenuhnya menutupi permukaan tanah. Hal tersebut memunculkan ide pemanfaatan ruang tumbuh yang tersedia melalui tumpangsari dengan jagung atau padi gogo, yang keduanya harus diimpor untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. 

Dengan tumpangsari tersebut maka kebutuhan impor beras dan jagung (Tabel) dapat dikurangi secara signifikan, sehingga menghemat devisa. Sebuah niat yang mulia. 

Tulisan ini membahas ketidakcukupan pertimbangan dalam ide tumpangsari padi gogo-jagung dengan tamanan sawit muda.

Tabel Impor Jagung dan Kedelai (ton)

Tahun Jagung Kedelai Beras
2013 3.191.045  1.785.385  270.347
2014 3.253.619  1.965.811  504.960
2015 3.267.694 2.256.932  506.735
2016 1.139.694  2.261.803  998.839
2017 474.854  2.538.074  85.784
2018 737.228  2.585.809  1.851.576
2019 1.010.647  2.704.532  9.020
2020 865.652  2.475.288  356.290
2021 995.999  2.489.690  74.866
2022 1.094.237  2.324.731  100.250

Sumber: FAO

Diasumsikan bahwa: 1) tanaman sawit diremajakan setiap 25 tahun sekali, 2) luas kebun sawit nasional adalah 16 juta ha, 3) tumpangsari dapat dilakukan hanya hingga tanaman sawit berumur 2 tahun, dan 4) ruang tumbuh yang tersedia bagi tumpangsari adalah 0,25 ha per ha tanaman sawit. 

Dengan menggunakan asumsi-asumsi tersebut, maka ketika steady state akan tertanam lahan tumpang sari seluas 320.000 ha per tahun.

Jika diasumsikan lebih lanjutnya bahwa produktivitas jagung adalah 6 ton jagung pipilan kering, maka setiap tahun dari areal tumpangsari sawit akan dihasilkan 1,920 juta ton jagung pipilan kering. 

Atau, jika seluruh areal yang tersedia untuk tumpangsari tersebut ditanami padi gogo dengan produktivitas 4 ton per ha dan rendemen beras sebesar 50%, maka setiap tahun akan ada tambahan produksi beras sebesar 640.000 ton.

Tumpangsari padi gogo-jagung dengan tanaman sawit muda akan bertahan bila tumpangsari tersebut memberi keuntungan bagi pelakunya.

Secara kuantitas, tumpangsari tersebut pasti akan menambah produksi beras dan jagung nasional, sehingga kebutuhan impor keduanya dapat dikurangi, yang dengan demikian dapat dipastikan akan terjadi penghematan devisa. 

Tetapi, situasi tersebut belum tentu memperbaiki kesejahteraan secara total (Pareto improving) bila pelaku tumpangsari menderita kerugian finansial. 

Dengan kata lain, pertimbangan kuantitas saja, sebagaimana sering dilakukan oleh banyak orang, adalah
tidak cukup.

Agar tumpangsari tidak merugikan, maka budidaya padi gogo atau jagung harus dilakukan dengan efisien, sehingga biaya per unit tidak lebih besar dari harga per unit yang diperoleh. 

Sebagaimana budidaya tanaman sawit, maka budidaya tanaman tumpangsari tidak dapat dilakukan dengan sambil lalu bila hendak mendapatkan keuntungan. 

Untuk itu, maka program tumpangsari padi gogo-jagung di tanaman sawit muda perlu ditangani secara lebih serius, mulai dari penyediaan sarana produksi, teknologi yang digunakan, hingga pemasaran hasilnya.


*) Guru Besar Kebijakan Kehutanan IPB University

Komentar Via Facebook :