Banjarmasin, elaeis.co - Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Kalimantan Selatan (Karantina Kalsel) melakukan pemeriksaan terhadap media pembawa berupa Palm Kernel Expeller (PKE) atau biasa disebut bungkil inti kelapa sawit.

Sebanyak 2.300 ton bungkil sawit dengan nilai Rp 4,8 miliar akan dikirim oleh eksportir menuju Negara Vietnam.

Pemeriksaan dilakukan oleh Karantina Kalsel untuk memastikan jumlah dan jenis komoditas telah sesuai dengan dokumen yang menyertainya. Pejabat Karantina juga harus memastikan bahwa komoditas terbebas dari organisme pengganggu tumbuhan/organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPT/OPTK) berupa serangga hidup.

"Terhadap bungkil kelapa sawit ini kami lakukan pengambilan sampel, untuk kemudian diperiksa lebih lanjut di laboratorium Karantina Tumbuhan guna memastikan ada atau tidaknya OPT/OPTK," jelas Priyatno selaku pejabat Karantina Kalsel yang bertugas, dalam keterangan resmi, kemarin.

"Sebelum diberangkatkan, komoditas juga akan diberi perlakuan berupa fumigasi. Ini merupakan salah satu persyaratan yang ditetapkan oleh negara tujuan," tambahnya.

Secara terpisah, Kepala Karantina Kalsel, Sudirman menyampaikan bahwa pihaknya berkomitmen memberikan pelayanan serta pengawasan terhadap kualitas dan kesehatan komoditas tumbuhan yang akan diekspor.

"Komoditas yang akan diekspor harus memenuhi persyaratan negara tujuan dan dilakukan tindakan karantina sesuai SOP sebelum diterbitkan dokumen Phytosanitary Certificate (PC) sebagai jaminan keberterimaan di negara tujuan," pungkasnya.

Bungkil inti sawit merupakan salah satu limbah industri kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Bungkil inti sawit adalah hasil ikutan dari ektraksi inti sawit yang diperoleh melalui proses kimia dan mekanik. Selain kandungan gizi yang cukup tinggi, harga bungkil inti sawit juga cukup murah karena ketersediannya melimpah.