Banda Aceh, elaeis.co - Komoditas kelapa sawit memberikan andil yang cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi Provinsi Aceh.

Berdasarkan data BPS, luas areal perkebunan kelapa sawit di Aceh mencapai 475.579 hektare. Perkebunan milik rakyat mencapai 247.101 hektare. Sementara milik Perusahaan Besar Swasta (PBS) 195.153 hektare dan milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seluas 33.325 hektare.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (distanbun) Aceh, Cut Huzaimah, mengatakan, pada tahun 2022 lalu, sektor pertanian dan perkebunan memberikan andil cukup signifikan bagi pertumbuhan ekonomi daerah.

"Yakni sebesar 0,92 persen dari total angka pertumbuhan ekonomi Aceh sebesar 4,21 persen," jelasnya melalui keterangan resmi Distanbun Aceh beberapa hari lalu.

Menurutnya, tingkat kesejahteraan petani sawit sangat dipengaruhi harga TBS. "Jadi, kalau harga TBS sawit meningkat, kesejahteraan petani sawit ikut naik. Karena, melalui penjualan TBS kelapa  sawit, penghasilan petani  sawit di daerah ini ikut meningkat," sebutnya.

“Ini terbukti pasca pembukaan kembali ekspor CPO. Harga TBS petani terus terangkat, dari sebelumnya Rp 800/kg menjadi Rp 1.650 sampai Rp 2.000/kg di Bulan Februari 2023. Pendapatan petani naik lebih dua kali lipat," imbuhnya.

Menurutnya, membaiknya pasaran TBS kelapa sawit rakyat dipengaruhi oleh meningkatnya volume dan nilai ekspor minyak sawit atau CPO dari daerah ini.

"Pada tahun 2022 lalu ekspor CPO ke India mencapai 44.999 ton, naik 28,57 persen dibanding volume ekspor sebanyak 34.999 ton pada tahun 2021," ungkapnya.

"Sedangkan nilai ekspornya naik sebesar 14,30 persen atau dari Rp 517,4 miliar di tahun 2021 menjadi Rp 591,4 miliar pada tahun 2022," tambahnya.

Sejak awal Januari 2023 permintaan CPO dari luar negeri, terutama dari India, masih tinggi. "Pabrik kelapa sawit yang ada di kabupaten/kota terus meningkatkan pembelian TBS kelapa sawit petani. Kondisi ini tentu mempengaruhi harga TBS," tutupnya.