Berita / Nusantara /
Toke, Raja Sistem Perdagangan Sawit di Aceh Utara
Ilustrasi-Reuters
Aceh, Elaeis.co - Bertahun-tahun sudah Murdani menjadi petani sawit di Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh. Sejak dua tahun terkahir, dia mengaku harga sawit bergerak naik.
Namun sayangnya, dia dan puluhan petani lainnya belum mampu merasakan manisnya tren itu. Pasalnya, permainan tengkulak masih seperti raja dalam sistem perdagangan sawit di daerahnya.
"Kebanyakan petani di sini, tidak langsung berhubungan dengan pabrik. Tapi ada pembelinya. Kalau tadi langsung berhubungan dengan pabrik, mungkin harga TBS jauh beda," kata Murdani berbincang dengan Elaeis.co melalui telepon seluler, Senin kemarin.
Di kalangan petani sawit Aceh Utara, tengkulak dikenal istilah toke. Toke memiliki akses menjual sawit ke pabrik. Menurut pria yang akrab disapa Aberlin ini, harga beli yang ditetapkan masing-masing toke memang berbeda.
"Di toke A misalnya, harga Rp2.320/Kg. Toke B lain lagi harganya, bisa-bisa di atas harga toke A," kata ayah satu anak tersebut.
Petani pun bebas memilih toke mana, sawit hasil kebunnya untuk dijual. Sebab, menurutnya rata-rata petani sawit didaerahnya tidak terikat dengan satu toke.
"Sepengetahuan saya, tak ada yang terikat atau kerjasama hingga bertahun-tahun. Kebanyakan petani disini, di mana harga mahal, disitu dijual. Lain kalau petani sudah langganan dengan satu toke. Kalau itu kan lain ceritanya. Tapi sepengetahuan saya, jarang yang langganan dengan satu toke," tutur pria 41 tahun ini.
Kabupaten Aceh Utara, memiliki luas kebun sawit mencapai 18 ribu hektare. Saat ini, harga perkilo Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di Aceh Utara di kisaran Rp3 ribuan. Harga ini jauh lebih baik dari 6 tahun lalu yang menyentuh di bawah Rp1200-an.







Komentar Via Facebook :