https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

TBS Cuma Dihargai Rp 1.250/kg, Petani Sawit Pasrah

TBS Cuma Dihargai Rp 1.250/kg, Petani Sawit Pasrah

Ilustrasi petani menjual buah sawit ke pengepul (Facebook)


Sekayu, Elaeis.co - Sejumlah petani sawit di Desa Berlain Makmur, Kecamatan Sungai Lilin, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan, harus pasrah dengan keadaan yang mereka alami. 

Di saat semua pabrik kelapa sawit (PKS) mematok harga tandan buah segar (TBS) minimal Rp 2.600/kg, hasil penjualan panen mereka justru jauh di bawah angka itu.

“Kalau seperti saya yang petani mandiri ini, ya terpaksa jual TBS dengan harga Rp 1.250/kg. Kami jualnya ke pengepul yang menjemput langsung ke kebun,” kata Yazali Salam, seorang petani sawit di Desa Berlian Makmur, kepada Elaeis.co, Minggu (17/10/2021).

Menurut anggota Asosiasi Sawitku Masa Depanku (SAMADE) Muba ini, para pengepul bisa menikmati keuntungan sekitar Rp 350 sampai Rp 400 per kg saat menjual TBS petani ke ram atau peron. Pengepul tidak bisa langsung menjual ke PKS karena tidak punya delivery order (DO) atau surat pemesanan TBS. 

“Enggak bisa sembarangan dapat DO. Harus yang benar-benar dipercayai PKS. Biasanya pemasok atau pemilik ram yang punya DO dari PKS. Pemilik ram inilah yang dapat harga Rp 2.600/kg dari PKS,” paparnya.

Salah satu penyebab Yazali dan petani lain di desa itu pasrah adalah karena kualitas TBS mereka memang pas-pasan. Kebun kelapa sawit yang mereka kelola sebagian besar adalah warisan atau saat dibeli sudah ditanami kelapa sawit yang tak jelas asal-usulnya.

“Punya saya memang ada yang bibitnya dibeli dari PPKS. Tapi saat saya beli kebun dari warga yang menjual, sebagian besar sudah ditanami sawit oleh pemilik sebelumnya,” kata Yazali.

Pernah terbersit di benaknya mau mengumpulkan uang agar bisa membeli truk agar bisa mengangkut sendiri TBS dan menjual langsung ke ram. Namun setelah dihitung-hitung, modalnya akan lama kembali kalau tidak rugi.

“Paling truk itu nanti dipakai hanya untuk mengangkut TBS saya atau warga desa lainnya. Setelah itu truk bakal banyak nganggur, apalagi kayak sekarang sedang musim trek. Kan kalau seperti itu bisa lebih banyak menganggurnya truk itu ketimbang menghasilkan uang,” ucapnya. 


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :