https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Tanaman Kelapa Sawit di Kabupaten Mukomuko Mengancam Ketahanan Pangan, Kok Bisa!

Tanaman Kelapa Sawit di Kabupaten Mukomuko Mengancam Ketahanan Pangan, Kok Bisa!


Bengkulu, elaeis.co - Banyaknya petani di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, yang beralih ke tanaman kelapa sawit telah menimbulkan dampak serius terhadap produksi pangan di daerah tersebut. Menurut laporan terbaru, dampaknya telah dirasakan dengan menurunnya produksi pangan, bahkan menyebabkan dua desa masuk dalam kategori rawan pangan dan delapan desa lainnya masuk dalam kategori sedang kerentanan pangan.

Plt. Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kabupaten Mukomuko, Elxandi Ultria Dharma STP MEc, mengungkapkan kekhawatiran atas situasi ini. Dua desa yang dikategorikan sebagai rawan pangan adalah Desa Lubuk Selandak di Kecamatan Teramang Jaya dan Desa Banjar Sari di Kecamatan Sungai Rumbai.
"Kami sangat prihatin dengan kondisi dua desa tersebut. Ini menjadi peringatan serius bagi kami semua untuk mempertimbangkan kembali dampak dari pertanian kelapa sawit terhadap ketahanan pangan di wilayah kami," ujar Elxandi, Selasa 5 Maret 2024.

Baca Juga: Upah Buruh Perkebunan Kelapa Sawit di Bengkulu Masih Rendah, Kok Bisa!

Menurut Elxandi, delapan desa lainnya juga mengalami masalah serupa, meskipun tidak seburuk dua desa yang masuk dalam kategori rawan pangan. Desa-desa tersebut diantaranya Pondok Panjang, Talang Sepakat di Kecamatan V Koto, serta Desa Sido Mulyo, Sendang Mulyo, dan Bukit Makmur di Kecamatan Penarik juga terancam oleh penurunan produksi pangan.
"Selain dua desa masuk kategori rawan pangan, ada delapan desa terancam penurunan produksi pangan," ujar Elxandi.

Sementara itu, keprihatinan juga dirasakan oleh warga di desa lain seperti desa Air Berau di Kecamatan Pondok Suguh, serta desa Padang Gading di Sungai Rumbai, dan desa Air Merah di Kecamatan Malin Deman. Situasi ini menunjukkan bahwa tantangan dalam menjaga ketahanan pangan semakin kompleks dengan pergeseran pola pertanian yang terjadi.
"Diperlukan tindakan yang cepat dan berkelanjutan untuk mengatasi masalah ini. Kami akan bekerja sama dengan semua pihak terkait untuk mencari solusi yang tepat guna memastikan ketersediaan pangan bagi masyarakat," tambah Elxandi.

Sementara itu, Pengamat Ekonomi Universitas Dehasen Bengkulu, Dr Ansori Tawakal mengatakan, upaya pemerintah daerah dalam mengantisipasi masalah ketahanan pangan di Kabupaten Mukomuko perlu diintensifkan. Langkah-langkah strategis harus segera diambil untuk mengurangi ketergantungan petani pada tanaman kelapa sawit dan memperkuat diversifikasi pertanian guna meningkatkan produksi pangan.
"Kami pikir petani di daerah ini harus mengurangi ketergantungan pada tanaman kelapa sawit dan memperkuat diversifikasi pertanian guna meningkatkan produksi pangan," ujar Ansori.

Ansori menambahkan, untuk mengatasi masalah rawan pangan dan kerentanan pangan diperlukan adanya perhatian yang serius dari pemerintah dan kerjasama antara semua pihak terkait, diharapkan masalah ketahanan pangan di Kabupaten Mukomuko dapat diatasi dengan baik. Salah satunya dengan mendorong masyarakat menanam padi agar ketahanan pangan di wilayah terjaga.
"Perlu dukungan dari pemerintah daerah agar masalah ketahanan pangan di Kabupaten Mukomuko dapat teratasi dengan baik dengan mendorong masyarakat menanam padi," pungkasnya.


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :