https://www.elaeis.co

Berita / Kalimantan /

Sawit Dongkrak Perekonomian Kalbar, tapi Sejumlah Masalah Bakal Menghadang

Sawit Dongkrak Perekonomian Kalbar, tapi Sejumlah Masalah Bakal Menghadang

Perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat. foto: Gapki Kalbar


Pontianak, elaeis.co – Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Barat (kalbar), NA Anggini Sari, mengatakan, komoditas sawit berperan penting dalam mendongkrak ekonomi Kalbar. Tahun ini perekonomian Kalbar diprediksi semakin membaik karena harga komoditas sawit meningkat.

"Perekonomian Kalbar diperkirakan akan membaik setelah pada kuartal III 2022 tumbuh 6,48 persen (yoy). Kita bersyukur angka ini melampaui rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional," jelasnya melalui keterangan resmi, kemarin.

Ia mengatakan, optimisme ini dilandasi oleh terus membaiknya harga komoditas unggulan Kalbar di tingkat nasional. Hal tersebut juga didukung membaiknya produktivitas di hulu di mana program replanting sawit terus berjalan.

“Pemupukan yang baik pada tahun 2021 dan semester I 2022 juga berpotensi meningkatkan produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit,” tukasnya.

Dari sisi ekspor, pembukaan bertahap pintu ekspor CPO dan turunannya via Pelabunan Internasional Kijing juga berpotensi meningkatkan produk domestik bruto (PDB) Kalbar. Implementasi kebijakan biodiesel B35 dan B40 juga diyakini akan meningkatkan permintaan produk minyak sawit (CPO).

“Harga CPO berpeluang tetap tinggi sejalan produksi subtitusi minyak nabati di pasar global yang mengalami kendala,” paparnya.

Perekonomian Kalbar juga akan diperkuat sektor bisnis non-sumber daya alam yang kian luas pasca pandemi. Dia memandang perlu pemanfaatan lebih pada bandara udara dan pintu-pintu perbatasan Kalbar-Sarawak untuk mendongkrak pariwisata dan perdagangan.

”Mobilitas masyarakat sudah persisten. Akan terjadi peningkatan kegiatan MICE pada sektor akomodasi, makanan, dan minuman dengan maraknya penyelenggaraan kegiatan massal,” jelasnya.

Kendati demikian, ekonomi Kalbar bukannya tanpa tantangan di tahun ini. Terutama dengan adanya curah hujan tinggi berkelanjutan dan cuaca ekstrem. Produktivitas sawit juga berpotensi terganggu oleh harga pupuk kimia yang mahal.

"Minimnya pemupukan berisiko terhadap produktivitas ke depan, khususnya petani sawit swadaya," sebutnya.

"Harga CPO juga bisa tertahan dan berisiko melemah di tengah perlambatan ekonomi global. Ditambah lagi perubahan pola konsumsi barang prioritas masyarakat di tengah tekanan inflasi. Hal ini bisa membuat penurunan ekspektasi masyarakat dan pelaku usaha terhadap perbaikan perekonomian,” pungkasnya.
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :