Berita / Komoditi /
Pupuk Sawit Tak Subsidi, Yunus: Hajablah Kita
M Yunus, Sekretaris Apkasindo Sumsel. Ist
Palembang, elaeis.co - "Hajablah kita" adalah kata-kata yang pertama keluar dari mulut M Yunus, Sekretaris Apkasindo Sumsel. Itu disampaikan Yunus saat menanggapi tidak adanya alokasi anggaran untuk menyubsidi pupuk bagi perkebunan sawit kepada
Bukan tanpa alasan, kata hajab berlogat Medan tersebut seolah menggambarkan kejengkelan dan keprihatinannya akan kondisi perkebunan sawit saat ini.
Pertama ceritanya, harga tandan buah segar (TBS) terus ditekan dengan beberapa kebijakan pemerintah. Misalnya terkait pajak ekspor dan bea keluar CPO yang tinggi. Bahkan naik hingga 80 persen dari sebelumnya. Tentu kebijakan ini akan berdampak terhadap pembelian perusahaan kelapa sawit kepada petani. Terlebih petani swadaya.
"Subdisi biosolar. Petani ikut mensubsidi biosolar yang dimana angkutan petani justru tidak diperbolehkan menggunakan biosolar bersubsidi tadi," kata Yunus kepada elaeis.co, Sabtu (9/4/2022).
Kondisi itu tentu kembali menekan penghasilan petani lantaran terkuras untuk membeli bahan bakar nonsubsidi. Kalau ada solar subsidi harganya di pedesaan bisa sampai Rp9.000/liter.
Sekarang, ditambah lagi dengan pupuk yang perkebunan kelapa sawit tidak mendapatkan pupuk subsidi. Memang kata Yunus perkebunan kelapa sawit tidak pernah mendapatkan perihal ini. Seharusnya ini justru menjadi perhatian tersendiri bagi pemerintah.
"Dari dulu memang tidak pernah ada subsidi. Kalaupun petani swadaya ada yang mendapatkan itu hanya petani palawija yang sudah beralih berkebun sawit. Lantaran sudah terdaftar dan kembali dilanjutkan," paparnya.
Itu pun, kata Yunus masih nasib-nasiban bukan berdasarkan program. Semestinya pemerintah melihat kondisi petani swadaya yang mengelola kebun kelapa sawitnya secara mandiri. Kalau petani kemitraan memang tidak mendapatkan subsidi karena yang melakukan pembelian adalah perusahaan.
"Pemerintah harus bijaklah menyikapinya. Kalau pupuk tidak disubsidi mestinya yang lain jangan ikut disubsidi. Seperti solar, pabriknya punya konglomerat, apalagi jika penyalurannya juga disubsidi. Dan dugaan kita begitu. Padahal bisa jadi kalau itu tidak disubsidi, harga TBS bisa seperti Malaysia yang cukup tinggi," tandasnya

Komentar Via Facebook :