https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Petani Tunda Panen, Giliran Pemilik Ram yang Pusing

Petani Tunda Panen, Giliran Pemilik Ram yang Pusing

Hasil panen petani dikumpulkan di ram sebelum diangkut ke PKS. foto: Bustomi


Bengkulu, elaeis.co - Pemilik ram sawit di Kabupaten Bengkulu Tengah, Bengkulu, Barlian Utama, mengeluhkan penurunan pasokan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dari petani dalam beberapa hari terakhir.

Biasanya TBS yang dia jual ke pabrik kelapa sawit (PKS) mencapai 12 ton dalam sekali pengiriman, namun kini hanya sebanyak 8 ton untuk sekali angkut.

"Saat ini banyak petani yang menunda panen sawit akibat harga TBS kelapa sawit yang terus menurun," katanya, Selasa (9/5).

Menurutnya, berkurangnya volume pengiriman ke PKS sangat merugikan para petani dan pemilik ram sawit.

"Semua gara-gara harga TBS yang sangat rendah. Petani sawit tak panen agar harga naik lagi. Tapi kami yang merasakan dampaknya karena harus menanggung biaya operasional yang semakin besar," ujarnya.

Penurunan pengiriman TBS ke PKS bukan hanya terjadi di ram milik Barlian, tapi juga terjadi pada ram sawit lainnya di Kabupaten Bengkulu Tengah. "Penurunan produksi TBS tidak hanya terjadi pada satu lokasi saja, sudah merata di seluruh wilayah," tukasnya.

Kepala Bidang Perkebunan Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu, Bickman Panggarbessy, mengaku sudah berkomunikasi dengan petani dan pemilik ram di sejumlah kabupaten.

"Keluhan utamanya memang masalah harga. Sudah kita evaluasi, kita akan berusaha untuk menaikkan harga TBS agar para petani tidak menunda panen," ujarnya.

Dia menambahkan, permasalahan yang dihadapi oleh para petani sebenarnya bukan hanya harga TBS yang rendah, tapi juga kelangkaan pupuk dan biaya tenaga kerja yang semakin mahal. "Semuanya naik, itu berpengaruh pada produktivitas," katanya.

"Upah tenaga kerja juga terus naik, makanya banyak yang menunda memanen sawit," Hendrik, petani sawit di Kabupaten Bengkulu Tengah, menambahkan.

Diakuinya bahwa menunda panen mempengaruhi perekonomian petani. "Tapi, kalau pun panen, harga jualnya murah, sementara biaya produksi tinggi. Tak ada yang bisa dipilih," tandasnya.
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :