Berita / Sumatera /
Percuma Keluhkan Harga Pupuk, Mending Pakai Limbah PKS
Petani mengaplikasikan abu jangkos ke tanaman sawit. Foto: Hamdan/elaeis.co
Rengat, elaeis.co - Petani di Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau, makin banyak yang menggunakan abu jangkos di kebun sawitnya. Limbah padat itu merupakan sisa pengolahan tandan buah segar (TBS) di pabrik kelapa sawit (PKS).
"Menggunakan abu jangkos sebagai pupuk organik merupakan solusi alternatif terbaik mengingat pupuk kimia mengalami kelangkaan dan harganya melonjak," kata Gundra Irawan, petani sawit di Kecamatan Batang Peranap kepada elaeis.co.
Menurutnya, saat ini kebanyakan petani sawit tak bisa menyisihkan hasil penjualan TBS untuk kebutuhan pupuk. Harga pupuk kimia jenis NPK, misalnya, per karung isi 50 kg saat ini mencapai Rp 900 ribu dari sebelumnya Rp 500 ribu.
"Dari pada kebun sawit tidak terurus gara-gara pupuk kimia mahal, mending beralih ke abu jangkos atau tandan kosong," kata Ketua DPD Asosiasi Sawitku Masa DepanKu (Samade) Indragiri Hulu ini.
Menurutnya, penggunaan pupuk organik sangat meringankan petani karena sangat gampang didapatkan.
"Penggunaan tandan kosong dapat mengurangi pemakaian pupuk MOP, KCL, dolomit, serta dosis pupuk TSP. Kalau rutin menggunakan tandan kosong, penggunaan pupuk kimia bakal berkurang dalam satu tahun menjadi setengahnya," terangnya.
Tandan kosong juga menyerap dan menahan air sehingga dapat mempertahankan kelembapan tanah, mengurangi pengikisan tanah oleh pergerakan air hujan di lahan dengan kemiringan yang curam, serta menekan pertumbuhan gulma di sekitar tanaman sawit.
"Petani sawit swadaya harus memanfaatkan limbah padat maupun cair yang ada di pabrik. Jangan tunggu harga pupuk turun, berkeluh kesah juga tak ada gunanya. Buktinya sudah hampir setahun harga pupuk melambung, pemerintah belum juga melakukan kebijakan nyata supaya harganya normal kembali," tandasnya.






Komentar Via Facebook :