https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

PalmCo Diyakini Bisa Bantu Tanggulangi 3 Tantangan di Bisnis Sawit Nasional

PalmCo Diyakini Bisa Bantu Tanggulangi 3 Tantangan di Bisnis Sawit Nasional

Pabrik kelapa sawit milik PTPN IV. foto: dok. PTPN IV


Jakarta, elaeis.co - Pendirian Sub Holding PalmCo yang khusus mengelola bisnis sawit akhirnya terealisasi awal Desember lalu.

PalmCo adalah penggabungan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V, VI dan XIII ke dalam PTPN IV sebagai surviving entity dan pemisahan tidak murni PTPN III (Persero) ke dalam PTPN IV.

Pengamat ekonomi dan akademisi Universitas Gajah Mada (UGM), Fahmy Radhi menilai, adanya PalmCo akan meningkatkan efisiensi karena sebelumnya bisnis sawit PTPN selama ini dikelola terpisah-pisah.

“Dengan adanya sub holding PalmCo, pendalaman usaha akan terbentuk. Sehingga perusahaan juga lebih fleksibel mengatasi sejumlah masalah dan tantangan yang dihadapi perusahaan dan pemerintah dalam industri sawit nasional,” kata dalam keterangan resmi dikutip Minggu (24/12).

Dia juga menilai PalmCo akan lebih leluasa mengembangkan bisnis di industri kelapa sawit apakah untuk pangan atau untuk bahan baku energi. PalmCo juga diyakini dapat berperan mengurangi sejumlah tantangan dalam industri sawit nasional yang selama ini masih sangat kompleks.

“Selama ini kebijakan nasional belum tegas apakah sawit ini untuk pangan atau energi. Jadi PalmCo jika konsisten dengan visi awalnya akan dapat mengurangi dampak masalah sawit,” tukasnya.

Menurutnya, setidaknya ada tiga tantangan industri sawit saat ini. Pertama, simalakama terkait sawit ini apakah untuk pangan atau untuk energi. “Karena kalau digunakan banyak untuk energi, maka akan ada potensi kekurangan bahan baku sawit untuk pangan, misalnya minyak goreng. Sehingga harga minyak goreng bisa naik di dalam negeri. Ini bisa menjadi masalah,” paparnya.

Di sisi lain, Indonesia belum punya teknologi di dalam negeri yang dapat mengolah sawit 100% menjadi bahan bakar nabati. Koordinasi dengan lembaga atau perusahaan pemerintah lain juga sangat dibutuhkan. Misalnya dengan Pertamina terkait bahan baku apa yang digunakan untuk biofuel, berapa jumlahnya, dan tahun berapa secara bertahap dilakukan.

Tantangan kedua yang masih sering terjadi adalah harga sawit yang masih berfluktuasi, terutama pada saat harga minyak sawit di pasar dunia naik. Menurutnya, keinginan perusahaan untuk mengekspor CPO akan sangat besar jika harga di pasar global naik sehingga terjadi kalangkaan di dalam negeri yang disusul dengan terjadinya lonjakan harga di pasar domestik.

“Tantangan ini juga harus diantisipasi. Maka bagaimana rencana bisnis yang harus dilakukan pada saat akhirnya harga naik atau sebaliknya sewaktu harga turun,” sebutnya.

Tantangan ketiga adalah penolakan dari berbagai negara, terutama Eropa Barat, terhadap ekspor produk sawit karena isu lingkungan. "PalmCo harusnya juga terlibat dalam melakukan lobi-lobi, sehingga peluang ekspor Indonesia tidak terhambat," pungkasnya.
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :