Berita / Nusantara /
Menunggu Made In Jati Emas di Akhir Tahun
Peralatan pabrik yang akan segera dirakit untuk menghasilkan CPO dan Minyak Goreng. Foto: Ist
Jambi, Elaeis.co - Beberapa bulan belakangan lelaki 49 tahun itu punya kesibukan khusus. Mempelototi pengerjaan dua jenis pabrik bantuan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal (Kementerian PDT).
Kebetulan Desa Jati Emas Kecamatan Bram Itam Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi ini, kebagian pabrik pengolahan Crude Palm Oil (CPO) berkapasitas 25 ton perhari dan pabrik refinery alias pengolahan minyak goreng berkapasitas 600 kilogram perjam.
Kalau pabrik ini sudah beroperasi akhir tahun ini, dipastikan Tandan Buah Segar (TBS) milik warga desa bakal lebih mahal 10 persen dibanding banderol di tengkulak. "Kita akan utamakan TBS masyarakat di desa ini," cerita mantan Kepala Desa Jati Emas, Mukholik saat berbincang dengan elaeis.co, tiga hari lalu.
Sudahlah harga TBS petani lebih mahal, roda ekonomi di desa itu juga bakal berputar lebih kencang. Sebab pabrik tadi menyedot tenaga kerja banyak demi menghasilkan dagangan baru; minyak goreng made in Jati Emas.
Tak pernah terbersit dibenak ayah tiga anak ini bakal secepat itu kampungnya punya dua pabrik tadi. Apalagi bantuan itu bukan datang dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) yang mestinya lebih ngena untuk itu.
Tujuh tahun lalu, persis saat Mukhlis masih jadi Sekretaris Daerah (Sekda) Tanjung Jabung Barat dan Mukholik Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Bram Itam, harga TBS di Jati Mas masih Rp200 perkilogram. Sudahlah harga segitu, mengangkut TBS ke darat juga bukan perkara mudah.
Petani musti mengangkut hasil panen dari kebun ke perahu lalu dipindah ke pompong. Pompong kemudian mengangkut TBS tadi melalui sungai yang hanya selebar 5 meter ke daratan desa. Dari sini, truk musti menempuh jarak sekitar 79 kilometer untuk mencapai Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Itupun PKS terdekat.
"Sekarang harga TBS hanya Rp600. Ongkos angkut menuju pompong Rp200. Belum lagi upah panen dan biaya ini itu. Kalau dari pompong hingga ke pabrik, sudah tanggungjawab pengepul," cerita lelaki yang belum dua bulan habis masa jabatan ini.
Sebelum bulan puasa kata Mukholik, harga TBS masih di kisaran Rp800-Rp1000. "Enggak tahu kenapa harga melorot terus," ujarnya.
Tahun 2014 lalu, karir Mukhlis moncer, dia dapat jabatan jadi Wakil Sekretaris Jenderal Kementerian PDT. "Gimana, Mas. Bisa PKS kita bikin di desa ini?" Mukhlis bertanyaan saat lelaki itu bertandang ke kampung Mukholik.
"Bisa, tapi jangan cuma PKS, tapi sekalian pabrik minyak gorenglah, Pak," ujar Mukholik dan Mukhlis mengangguk.
Tahun berganti, cerita pabrik senyap dan Mukholik tak mempersoalkan itu meski dia tetap penuh harap. "Alhamdulillah, tahun lalu, peralatan pabrik sudah berangsur datang. Peralatan itu didatangkan dari Medan Sumatera Utara (Sumut). Ada empat kali pengiriman. Kiriman terakhir datang Februari tahun ini," terang Mukholik.
Lelaki ini memperkirakan kalau nilai total peralatan pabrik itu mencapai Rp2 miliar. "Desa siapkan jalan, bangunan untuk pabrik dan jaringan listrik. Kalau genset itu dari pemerintah," Mukholik merinci.
Luas Desa Jati Emas hanya sekitar 1.800 hektar. Desa dengan kondisi rawa pasang surut ini dihuni oleh 1.048 jiwa. Ada sekitar 500 hektar sawit masyarakat di sana, di antara 800 hektar pohon kelapa, 200 hektar pinang dan 50 hektar kopi.
Dari luasan kebun kelapa sawit tadi, ada sekitar 300 hektar yang sudah berproduksi dengan rendemen rata-rata 13-17 persen. TBS dari kebun itulah kemudian yang diangkut pakai sampan hingga pompong tadi.
"Tapi di desa sekitar ada kebun kelapa sawit seluas 35 ribu hektar. Kebun itu ada di tujuh desa. Namun belum ada satupun PKS di sana," cerita Mukholik.
Kini Mukholik terus berbenah bersama masyarakat desa. Sebab akhir tahun, wajah desa sudah akan berubah. Sebab itu tadi, minyak goreng made in Jati Emas, sudah menghiasi hari-hari mereka, sembari Mukholik menunggu pertarungan pemilihan kepala desa. Dia masih ingin melanjutkan misinya membangun Jati Emas, di periode kedua.
Abdul Aziz

Komentar Via Facebook :