Berita / Nusantara /
Mengadon Sari Pati Sawit di Lantai 19
Sebahagian peserta workshop nampak sedang mengadon sari pati sawit. foto: yuliani
Surabaya, elaeis.co - "Ini wangi banget, kayak selai srikaya. Rasanya juga enak, bisa banget dijual!" setengah berteriak Aminatul Milla mengumbar rasa takjubnya.
Ibu rumah tangga ini tak sendirian di sana. Dia bersama 49 orang lainnya yang berasal dari berbagai sudut Kota Surabaya. Tak hanya ibu rumah tangga, tapi ada juga pelaku UKMK dan mahasiswa di sana.
Tadi siang, aroma manis dodol, brownies harum legit, renyahnya kue bangkit hingga lembutnya selai sawit, berpendar di lantai 19 Kakek Lee Authentic Cuisine, Leedon Hotel & Suites Surabaya itu.
Tak pelak, Kakek menjelma menjadi dapur besar yang riuh oleh semangat belajar berbaur tawa dan gemuruh spatula.
Mereka bukan sekedar memasak-memasak biasa, tapi sebuah workshop kuliner yang membuka mata tentang potensi tersembunyi dari sari pati sawit.
Baca juga: Dari Dapur, Perempuan Bisa Mengubah Dunia
Elaeis Media Group bekerja sama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) yang menggelar acara bertajuk Workshop Aneka Penganan Berbahan Sawit itu.
Indobake, yang sehari-hari menjadi penyedia peralatan baking profesional di Surabaya, juga mendukung.
Salah satu penganan yang sudah jadi. foto: Yuliani
Dari Muara Bungo Provinsi Jambi, pencipta bolu sawit, Iin Arlina sengaja datang ke sana. Dia tidak lenggang kangkung, tapi memboyong sari pati sawit. Inilah bahan utama yang dia pakai untuk membuat aneka penganan tadi.
“Sari pati sawit ini bukan bahan tambahan, tapi justru kunci kelembutan dan rasa legit pada bolu, dodol, hingga brownies. Dan ini bisa banget jadi komoditas rumahan yang menguntungkan,” katanya kepada peserta yang berkerumun.
Sesi praktik menjadi jantung kegiatan itu. Sebab semua peserta terlibat membikin kue bangkit dari tepung kanji sangrai yang diberi aroma pandan, hingga mengolah selai sawit yang harum dan bertekstur lembut.
Sejumlah peserta pun kaget begitu menengok bolu yang sudah jadi. Bolu itu mirip bolu premium yang harganya mahal. Teksturnya lembut, pas rasa manisnya dan sama sekali tidak ada aroma tengik seperti stigma negatif tentang sawit yang masih melekat.
Makin lama, suasana makin hidup saat pembuatan dodol sawit dimulai. Adonan yang lengket dan berat itu memaksa peserta bekerja sama, bahkan peserta laki-laki pun ikut mengaduk adonan besar dengan semangat.
Dukungan peralatan dari Indobake sangat terasa pada tahap ini. Oven besar, mixer hand, dan perlengkapan lainnya membuat peserta bisa lebih fokus ke teknik dan resep, bukan kerepotan teknis.
Salah seorang peserta, Mayasari, yang sehari-hari pelaku usaha kuliner rumahan, pun terang-terangan mkmengatakan kalau pelatihan kali ini sangat bermanfaat.
"Biasanya workshop cuma teori, tapi ini langsung praktek. Saya dapat banyak ide buat produk saya. Bahkan pengen coba pakai sari pati sawit buat brownies labu kuning dan bagelan," katanya.
Dia malah tertarik untuk memesan bahan bakunya langsung. Kalau ada di Shopee atau dikirim lewat Indah Kargo, pasti saya beli, ujarnya.
Pandu, yang juga peserta, tak menyangka kalau sawit bisa diolah jadi makanan seenak ini. "Saya kira sawit cuma buat minyak goreng atau biodiesel. Ternyata bisa jadi kue dan selai! Ini terobosan yang harus disebarkan ke daerah-daerah," ujarnya semangat.
Puncaknya, para peserta pun diajak membuat kue bangkit sawit --- kue kering khas Melayu --- yang renyah dan meleleh di mulut.
Suasana semakin cair begitu tembang "Kemesraan" menggema, tangan saling menggenggam, tawa dan haru bercampur. Banyak yang merasa dua hari pelatihan ini begitu bermakna.
Dari hotel yang panasnya tak beda dengan jalanan Surabaya, para peserta membawa pulang lebih dari sekedar resep.
Mereka membawa semangat baru, ide-ide segar, dan keyakinan bahwa dari satu bahan sederhana seperti sari pati sawit, bisa lahir bisnis rumahan yang menjanjikan dan siap menembus pasar.
Sebuah pelajaran manis yang akan terus mengendap, semanis dodol sawit hangat yang baru saja selesai diaduk.







Komentar Via Facebook :