Berita / Nusantara /
Malaysia Belum Pulih, Harga CPO Diprediksi akan Terus Naik
Prof Dr Kamaludin. foto: ist.
Bengkulu, elaeis.co - Krisis tenaga kerja di perkebunan kelapa sawit di Malaysia belum teratasi sepenuhnya. Kebutuhan dunia terhadap minyak kelapa sawit atau CPO diyakini akan meningkat pada tahun 2023 ini.
Pengamat Ekonomi Universitas Bengkulu, Prof Dr Kamaludin, mengungkapkan, produksi minyak sawit Malaysia akan mengalami sedikit masalah pada tahun 2023 karena keterbatasan tenaga kerja. "Hal ini akan mempengaruhi pasokan CPO di pasar dunia dan berpotensi meningkatkan harga secara signifikan," ujarnya, Jumat (24/3).
Kenaikan harga CPO akan berdampak pada harga TBS petani. Dia memperkirakan harga TBS akan terdongkrak pada kisaran Rp3.000 sampai Rp4.500/kg tahun ini.
"Kenaikannya cukup besar. Ini tentu akan memberikan dampak positif bagi para petani sawit, keuntungan dari hasil panen mereka jadi lebih besar," katanya.
Kenaikan harga CPO juga akan membantu meningkatkan devisa melalui ekspor. "Indonesia adalah salah satu produsen CPO terbesar. Kenaikan harga CPO dapat memberikan dampak positif pada perekonomian Indonesia. Bengkulu juga akan kebagian bea keluar melalui peningkatan ekspor," ujarnya.
Namun, Kamaludin mengingatkan pentingnya mengatasi masalah keterbatasan tenaga kerja di industri CPO untuk menghindari masalah produksi di masa depan.
"Ini harus diantisipasi. Pemerintah perlu bekerja sama dengan industri untuk menjamin ketersediaan tenaga kerja yang terampil dan sesuai kebutuhan," tuturnya.
Pemerintah juga dapat memperkuat industri hilir CPO untuk meningkatkan nilai tambah produk sawit Indonesia. "Pengembangan industri hilir CPO juga dapat membantu menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan ekonomi Indonesia," tutupnya.







Komentar Via Facebook :