https://www.elaeis.co

Berita / Bisnis /

Kelompok Emak-emak Ini Dapat Cuan Banyak Dari Lidi Sawit

Kelompok Emak-emak Ini Dapat Cuan Banyak Dari Lidi Sawit

Kelompok Wanita Tani Karya Srikandi Taruna foto bersama dengan Bupati Siak Alfedri belum lama ini. (Istimewa/Elaeis)


Siak, elaeis.co - Tidak hanya buahnya yang membikin kantong petani makin tebal, namun lidi dari pelepah kelapa sawit juga memberikan penghasilan tambahan bagi masyarakat.

Seperti yang dilakukan Kelompok Wanita Tani Karya Srikandi Taruna di Kampung Minas Timur, Kecamatan Minas, Kabupaten Siak, Riau.

Kaum emak-emak di sana mengubah lidi sawit menjadi beragam anyaman seperti piring, vas bunga, keranjang dan lain-lain. Bahkan hasil anyaman ini sudah dipasarkan ke berbagai daerah, termasuk Kota Pekanbaru hingga Jawa Barat.

Kelompok ini diketuai oleh Nimar (45) dengan sembilan orang anggota. Ibu-ibu dalam kelompok ini aktif menganyam di rumah produksi mereka di Kampung Minas Timur. Usaha yang dijalani oleh kelompok ini sudah berlangsung selama lebih 4 tahun.

“Kami belum menjual produk ini secara online dan belum pernah masuk pameran, mudah-mudahan ke depan bisa dijual secara online,” kata Nimar, belum lama ini.

Nimar mengatakan, belum lama ini Bupati Siak Alfedri juga sempat berkunjung ke rumah produksi. Bahkan Alfedri juga menyempatkan diri belajar cara menganyam di sana.

“Kita senang Pak Bupati sempat datang ke tempat kami. Kedatangannya menambah semangat bagi kami," ujarnya.

Pada saat Bupati berkunjung, kebetulan Nimar dan anggota kelompoknya tengah mempersiapkan 50 piring anyaman yang telah dipesan. 

"Penggunaan piring dari anyaman lidi sawit saat ini sangat digemari. Pesta pernikahan kebanyakan sudah menggunakan piring lidi sawit. Sebab sangat simpel, tinggal menambah kertas nasi atau daun pisang yang dipotong bulat lalu taruh di dalam piring. Ini sangat simpel dan tidak khawatir pecah seperti piring kaca,” jelasnya.

Nimar bilang, jika ingin membeli produk anyaman lidi sawit ini, bisa datang ke rumah produksi di Kampung Minas Timur.

"Belum lama ini rumah produksi kami juga dikunjungi perguruan tinggi dari Bogor. mereka membawa pulang beberapa produk sekaligus membantu memasarkan hasil karya kami di sana,” ujarnya.

Setelah kunjungan itu, sudah ada yang memesan piring ini dari Bogor. Pemesan-pemesan jauh seperti itu juga membuatnya terus bersemangat. Hanya saja kata Nimar, ia mengeluhkan jika pesan banyak tidak bisa menyelesaikan tepat waktu, dikarenakan mereka meraut lidi sawit masih konvensional atau manual.

”Kendala kami mesin peraut tidak punya, masih pakai pisau. Bikin 30 piring saja, bisa memakan waktu 5 hari hanya untuk meraut lidinya. Sedangkan untuk mengenyamnya hanya butuh waktu sehari semalam saja saja. Jadi, meraut lidi lebih banyak butuh waktu dibanding menganyamnya,” pungkasnya.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :