Berita / Sumatera /
Kebun Sawit di Bengkulu Terancam Abrasi
Ketua Kelompok Perempuan Sungai Lemau, Rania saat menunjukkan lokasi Abrasi. Foto: IST
Bengkulu, Elaeis.co - Kebun sawit milik masyarakat di Desa Pondok Kelapa, Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu, saat ini terancam abrasi. Situasi ini telah menimbulkan kekhawatiran mendalam di kalangan warga setempat, mengingat abrasi yang semakin mendekat.
Ketua Kelompok Perempuan Sungai Lemau, Rania mengungkapkan, ancaman abrasi tersebut tidak hanya berdampak pada kebun sawit masyarakat, tetapi kini telah berjarak hanya beberapa meter saja dari rumah warga.
"Abrasi yang terjadi di desa kami ini sangat mengkhawatirkan. Sekarang jaraknya hanya beberapa meter dari rumah warga. Ini bukan lagi masalah perkebunan saja, tapi juga menyangkut keselamatan kami," ujar Rania, Jumat 17 Mei 2024.
Baca Juga: Petani Sawit di Bengkulu Selatan Resah Akibat Pencurian TBS dan Ternak Sapi
Menurut Rania, abrasi yang terjadi di wilayah tersebut disebabkan oleh erosi tanah yang semakin parah setiap tahunnya. Tingginya intensitas curah hujan serta gelombang laut yang deras menjadi faktor utama penyebab abrasi tersebut.
"Abrasi ini terjadi karena gelombang laut yang sangat deras terutama saat musim hujan," jelas Rania.
Warga setempat telah berupaya melakukan berbagai tindakan untuk mengurangi dampak abrasi, termasuk menanam pohon di sepanjang tepi sungai dan membuat tanggul sederhana. Namun, upaya ini masih belum cukup untuk menahan laju abrasi yang terus terjadi.
"Kami sudah menanam pohon dan membuat tanggul, tetapi itu belum cukup. Setiap kali hujan deras, abrasi semakin parah," kata Rania.
Baca Juga: PKS Kompak Turunkan Harga Beli TBS Kelapa Sawit
Pemerintah setempat pun telah menyadari situasi ini dan berjanji akan mengambil tindakan yang lebih konkret untuk membantu masyarakat Desa Pondok Kelapa. Kepala Desa Pondok Kelapa, Alamsyah menyatakan bahwa pihaknya telah melaporkan kondisi tersebut kepada pemerintah kabupaten dan berharap ada bantuan yang segera datang.
"Kami sudah melaporkan masalah ini ke pemerintah kabupaten. Kami berharap ada tindakan cepat dan nyata untuk mengatasi abrasi ini," ungkap Alamsyah.
Selain itu, banyak warga yang mengandalkan kebun sawit sebagai sumber penghasilan utama mereka. Kehilangan lahan pertanian akibat abrasi ini tentu akan berdampak besar pada perekonomian desa.
"Sebagian besar warga di sini bergantung pada kebun sawit. Jika lahan kami hilang, kami akan kehilangan mata pencaharian," kata seorang warga, Joko.
Pakar lingkungan dari Universitas Bengkulu, Dr. Andi Prasetya, menyarankan perlunya pendekatan yang lebih komprehensif dan berkelanjutan untuk mengatasi masalah abrasi ini.
"Pembangunan tanggul yang kuat, reboisasi dengan tanaman keras, serta pengelolaan aliran air yang baik sangat penting. Ini harus menjadi prioritas untuk melindungi lahan sawit dan pemukiman warga," pungkasnya.







Komentar Via Facebook :