Berita / Nasional /
Infrastruktur Tak Memadai Bikin Petani Sawit di Aceh Tamiang Menderita, Tiap Panen Hanya Terima Rp150 per Kg
Ilustrasi - truk mengangkut hasil tanaman sawit milik petani. (Foto: Istimewa)
Aceh, elaeis.co - Putusnya jalur penyeberangan yang biasanya digunakan untuk mengangkut hasil TBS sawit, membuat petani di Kampung Tanjungbalai, Kecamatan Bendahara, Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh, menderita.
Pasalnya gara-gara itu, sudah satu bulan setiap kali panen petani hanya menerima Rp150 per kilogram.
Biasanya, petani mengeluarkan hasil tanaman menggunakan ponton (getek). Namun karena rusak, petani kesulitan mengeluarkan hasil tanaman.
Sementara jika menggunakan jalur darat, proses angkutan akan semakin jauh dengan kondisi jalan yang rusak parah terlebih jika sudah memasuki musim penghujan.
Bahkan, Pj Bupati Aceh Tamiang, Asra sempat meninjau langsung perbaikan ponton yang menjadi salah satu infrastruktur vital bagi petani kelapa sawit tersebut.
"Kalau harga di pabrik saat ini masih Rp2.000-2.200 per kilogram," ujar Ketua Apkasindo Aceh, Sofyan Abdullah kepada elaeis.co, Senin (26/2).
Sofyan mengatakan seharusnya perusahaan ikut membantu petani merawat infrastruktur tersebut. Sebab hasil panen petani menjadi bahan baku utama pabrik membuat CPO di Aceh Tamiang.
"Mestinya petani mendapatkan bantuan sarpras. Sebab pada dasarnya pemerintah juga ikut menikmati hasil dari kebun petani. Dana Bagi Hasil (DBH) sawit yang sampai saat ini kita juga tidak tahu untuk apa peruntukannya. Sebab petani tidak pernah dilibatkan," paparnya.
Menurut Sofyan setiap daerah pasti dapat jatah pembagian DBH sawit. Apalagi daerah yang menjadi sentra kelapa sawit.
"Tapi, sampai saat ini baik itu DBH atau bahkan dana hibah dari BPDPKS belum ada satupun diterima petani untuk sarpras di sini. Padahal petani sangat membutuhkan dan sudah sering mengajukan. Apalagi program PSR selama ini juga belum berjalan maksimal di Aceh. Ini yang harus diperhatikan pemerintah," pungkasnya.







Komentar Via Facebook :