https://www.elaeis.co

Berita / Internasional /

Harga CPO Malaysia 2023 Diramal Tidak Menjanjikan

Harga CPO Malaysia 2023 Diramal Tidak Menjanjikan

Ilustrasi-petani kelapa sawit. (Dok. Elaeis)


Jakarta, elaeis.co - Mantan bankir investasi dan investor swasta, Ian Yoong Kah Yin menilai, minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) merupakan salah satu faktor penentu prospek utama industri kelapa sawit. 

Namun ia memperkirakan harga CPO tidak akan mengalami peningkatan tajam dalam waktu dekat ini. 

“Saya berharap harga CPO diperdagangkan 3.600-4.500 Ringgit Malaysia per ton pada tahun 2023. Sebab, saya tidak melihat perkembangan harga yang signifikan di 2023. Saat ini harga jual CPO Malaysia 3.900 Ringgit per ton," kata Yoong dilansir elaeis.co dari StarBizWeek, Minggu (20/11).

Yoong mengatakan, salah satu penyebab lambatnya perkembangan saham perkebunan pada kuartal kedua tahun ini karena lonjakan harga CPO. 

Menurutnya, lonjakan ini terjadi disebabkan karena kekurangan minyak nabati akibat perang Rusia-Ukraina.

“Ukraina adalah produsen minyak bunga matahari terbesar di dunia. Namun, sebelum terjadinya perang, jumlah minyak nabati secara global yang dihasilkan negara ini juga sudah turun, hanya sekitar 3 persen," ujarnya.

Nah, gara-gara ketakutan akan kekurangan minyak nabati memuncak, sempat menyebabkan kenaikan saham perkebunan kelapa sawit di Malaysia dan secara regional.

Namun, kata Yoong, akibat dari itu muncul kekhawatiran dari perusahaan perkebunan terkait situasi tenaga kerja yang mulai ketat di Malaysia. Perusahaan perkebunan di Malaysia pun akhirnya kekurangan tenaga kerja asing.

“Karena situasi itu, tagihan gaji untuk pekerja meningkat dan telah mengganggu profitabilitas perusahaan perkebunan. Biaya produksi juga meningkat dalam 12 bulan terakhir dari sekitar 1.700 Ringgit per ton menjadi RM2.400 Ringgit Malaysia per ton," terang Yoong.

Mengenai saham perkebunan, Yoong menilai saat ini hanya perusahaan Kim Loong Resources Bhd tergolong baik. Bahkan hasil penjualan saham perusahaan itu 10 kali lipat didapat dari hasil perkebunan, dan jauh dari perkiraan pendapatan FY23 serta memiliki hasil dividen sebesar 8%.

“Tata kelola yang baik, membuat perusahaan itu pada akhirnya menghasilkan keuntungan yang besar," pungkasnya.
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :