Berita / Feature /
Gadis Cantik Pendodos Sawit itu Sudah Semester Tiga. IPKnya 3,85
Risa saat berada di lokasi observasi di kawasan Kuantan Singingi (Kuansing), Riau. foto: Dok. Pribadi
Pekanbaru, elaeis.co - Masih ingat dengan gadis cantik pendodos sawit yang juga nahkoda pompong sawit dari Desa Teluk Kabung Kecamatan Gaung Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) Provinsi Riau itu?
Sekarang Risalatul Halimah sudah semester 3. Saat ngobrol dengan elaeis.co melalui sambungan telepon kemarin siang, dia sedang observasi lapangan di salah satu Pabrik Kelapa Sawit di kawasan Kuantan Singingi (Kuansing), Riau.
Sejak sepekan lalu perempuan 18 tahun ini bersama 10 orang teman seangkatannya di sana. Memelototi gimana pabrik kelapa sawit bekerja hingga bisa menghasilkan Crude plm Oil (CPO).
Risa (lima dari kiri) bersama rekan dan instruktur saat berada di salah satu pabrik kelapa sawit di Kuansing. Foto: Dok. pribadi.
"Pekan depan kami sudah kembali lagi ke kampus," kata mahasiswi jurusan Teknik Pengolahan Sawit Politeknik Kampar (Polkam) ini.
Baca juga: Si Gadis Cantik Pemanen Sawit
Kalau menengok perjalanan akademiknya, tak sia-sia Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menguliahkan bungsu dari lima bersaudara ini di Polkam itu.
Sebab, meski dia cuma jebolan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Madrasah Aliyah Nurul Huda Tembilahan ibukota Kabupaten Inhil, prestasi akademiknya justru lebih moncer ketimbang tiga orang rekan seangkatannya yang sama-sama berasal dari 'Negeri Seribu Parit' itu.
Indeks Prestasi Komulatif (IPK) perempuan yang karib disapa Rasa ini 3,85. Sementara IPK tiga orang rekannya yang jebolan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), masih di bawahnya.
Ketiganya adalah penerima beasiswa Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Satu orang sejurusan dengan Risa, sisanya mengambil jurusan Teknik Informatika dan Teknik Perbaikan dan Perawatan Mesin.
"Semester satu saya memang bingung, soalnya kan saya lulusan IPS. Sama sekali enggak pernah mengenal yang namanya Kimia. Sementara di kuliah, Kimia jadi keseharian," Risa tertawa.
Meski bingung, Risa tak mau patah arang. Dia berusaha bersahabat dengan 'mbah google'. Apa-apa yang tidak dia paham, dicari tahu. Belajar bersama kawan-kawan juga dia jabani.
"Di semester pertama IPK saya 3,59. Alhamdulillah di semester kedua saya mulai berasa nyaman. Chemistry nya sudah dapat," katanya.
Baca juga: Risa; Dan Nahkoda Pompong ini Pun Menjemput Mimpi
Lantaran sudah berasa nyaman, Risa pun bertekad musti cumlaude saat wisuda nanti. "Saat ini kan sudah di pertengahan jalan. Saya ambil Diploma 3. Sekarang sudah semester tiga," ujarnya.
Risa membangun tekad semacam itu bukan tanpa alasan. Pertama, dia enggak mau mengecewakan Apkasindo yang sudah memberinya kesempatan untuk kuliah.
Kalau Apkasindo tak ada, bisa jadi Risa masih terus menjadi sopir pompong menyisir sungai yang menjadi moda transportasi di kampungnya untuk mengantar Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit ke pelabuhan kecil milik tengkulak.
Pekerjaan ini dia lakukan tentu setelah mendodos pohon kelapa sawit di kebun milik ayahnya, Masran. Sebab hanya dia lagi yang bisa diandalkan Misran setelah jatuh sakit waktu Risa masih SMP.
Kedua, dia ingin membuktikan kepada orang tua dan orang di kampungnya, bahwa Risa yang anak Teluk Kabung itu bukan kaleng-kaleng.
"Asal saya pulang ke kampung, orang-orang di kampung mengeluh-eluhkan saya. Mereka senang dan bangga saya bisa kuliah. Eluhan ini harus saya balas dengan prestasi," suara perempuan ini bergetar.
Begitulah Risa. Gadis ini benar-benar tahu diri, dan akan selalu begitu. Sebab air mata yang pernah tumpah saat tak bisa ikut beasiswa BPDPKS lantaran susahnya jaringan internet di kampungnya di pedalaman sana, tak akan pernah dia lupakan.
Dan seperti apa kemudian Risa nongol di elaeis.co pertama kali dan kemudian dilirik oleh Apkasindo, juga menjadi kesan tersendiri buat dia.
Apkasindo langsung mau menjadi Bapak Angkat SDM Sawit buat Risa. Waktu itu, rapat yang dipimpin oleh Ketua DPW Apkasindo Riau, KH Suher yang kebetulan dihadiri oleh Ketua Umum DPP Apkasindo, Dr. Gulat Manurung, telah sepakat untuk membiayai semua kebutuhan Risa, dari A sampai Z.
Apkasindo menyebutnya Full Beasiswa Bapak Angkat Risa SDM Sawit di Poltek Kampar. Uniknya, Poltek Kampar yang dikomandani Nina Veronika langsung menyatakan siap menerima "anak angkat" Petani Sawit Riau itu.
Apakah Gulat sudah pernah bertemu Risa lagi? "Cukup hati kami yang bercengkrama, dan Risa sudah merasakan cengkrama itu melalui prestasi yang dia toreh. Pada waktunya nanti, kami akan bersua," omongan Gulat terdengar diplomatis.
Lelaki 52 tahun ini kemudian justru berpesan kepada semua stakeholder sawit yang ada di Riau maupun Indonesia agar berlomba-lomba "berguna". Khususnya pada dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan.
"Jangan MANJA alias mengambil manfaat saja. Bayangkan kalau 1 korporasi membeasiswakan satu orang --- saat ini ada 728 korporasi sawit (hulu-hilir) di Riau --- berarti sudah 728 orang anak Riau yang bisa kuliah. Kelak anak-anak ini akan menjadi 'petarung' bagi sawit Indonesia," kata Gulat. Hhhhmmm...gimana?







Komentar Via Facebook :