Berita / Bisnis /
Ekspor Sawit Melonjak, India dan China Serap Paling Banyak
Ilustrasi (Facebook)
Jakarta, Elaeis.co - Devisa yang berasal dari ekspor produk minyak sawit terus bertambah. Sepanjang bulan Agustus 2021, nilai ekspor produk minyak sawit tercatat mencapai US $ 4,42 miliar, naik US$ 1,6 miliar dibanding bulan sebelumnya.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Mukti Sardjono mengatakan, lonjakan nilai ekspor disebabkan kenaikan volume ekspor dari 1,532 juta ton pada bulan Juli menjadi 4,274 juta ton di bulan Agustus. Kenaikan harga rata-rata CPO sebesar $ 102/ton dari harga bulan Juli menjadi US$ 1.226/ton CIF Roterdam juga turut mempengaruhi.
“Lonjakan kenaikan ekspor terutama terjadi di beberapa negara tujuan ekspor utama produk kelapa sawit seperti India dan China,” katanya dalam siaran pers yang diterima Elaeis.co, Jumat (8/10).
Menurutnya, ekspor minyak sawit dan turunannya ke India melonjak tajam dari 231,2 ribu ton pada bulan Juli menjadi 958,5 ribu ton di Agustus. “Penyebabnya adalah penurunan pajak impor dari 15% menjadi 10% yang diberlakukan pemerintah India untuk minyak sawit dan minyak nabati lainnya. Kebijakan itu berlaku akhir Juni lalu sampai 30 September 2021,” jelasnya.
Ekspor ke China juga naik cukup besar, dari 522,2 ribu ton menjadi 819,2 ribu ton. “Naik 297 ribu ton atau naik 32,6% dari bulan sebelumnya,” jelasnya.
Ekspor ke kawasan Afrika juga mengalami kenaikan cukup besar dan penyerap produk minyak sawit terbanyak adalah Kenya (bertambah 118 ribu ton) dan Mesir (bertambah 40,5 ribu ton).
Malaysia, salah satu produsen sawit terbesar dunia, ternyata juga mengimpor produk minyak sawit dari Indonesia. “Ekspor ke Malaysia naik 102% atau bertambah 97 ribu ton, persisnya dari 95,1 ribu ton di bulan Juli menjadi 192,1 ribu ton pada Agustus,” bebernya.
Ekspor secara umum ke negara-negara di kawasan Uni Eropa pada Agustus turun 9,21% dari bulan sebelumnya. “Tetapi ekspor ke Belanda naik dari 172,3 ribu ton menjadi 203,0 ribu ton. Bertambah 30,7 ribu ton atau 48% dari ekspor bulan Juli,” paparnya.
Sementara itu, konsumsi dalam negeri di bulan Agustus relatif sama dengan bulan Juli, yaitu 1.465 ribu ton pada Agustus berbanding 1.444 ribu ton pada Juli. Kenaikan terjadi untuk konsumsi untuk pangan, dari 708 ribu ton menjadi 718 ribu ton. Konsumsi oleokimia malah turun, dari 180 ribu ton di Juli menjadi 178 ribu ton pada Agustus. Sedangkan serapan biodiesel naik dari 556 ribu ton di bulan Juli menjadi 569 ribu ton di bulan Agustus.
Dia menambahkan, produksi CPO pada bulan Agustus mencapai 4.218 ribu ton dan PKO sebesar 400 ribu ton atau sekitar 4% lebih tinggi dari produksi bulan Juli. “Dengan pencapaian kinerja ekspor, konsumsi, dan produksi, maka stok akhir di bulan Agustus adalah 3.433 ribu ton atau sekitar 1,1 juta ton lebih rendah dari bulan Juli,” tutupnya.







Komentar Via Facebook :