Berita / Nasional /
Ekspor Minyak Sawit Melonjak Lebih 18 Persen di Tengah Kenaikan Produksi
CPO dimuat ke truk tangki yang akan mengangkut ke pelabuhan. foto: MC Riau
Jakarta, elaeis.co - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat produksi minyak sawit atau CPO pada Maret 2024 mencapai 4,102 juta ton atau naik 5,50% dari 3,888 juta ton pada Februari 2024.
Demikian juga dengan produksi minyak inti sawit atau PKO naik sekitar 5,97% dari 369 ribu ton pada Februari 2024 menjadi 391 ribu ton pada Maret 2024.
“Naiknya produksi ini disebabkan antara lain oleh jumlah hari kerja pada bulan Maret yang lebih banyak dibandingkan bulan Februari,” kata Direktur Eksekutif GAPKI Mukti Sardjono dalam siaran pers, dikutip Jumat (31/5).
Total konsumsi dalam negeri pada bulan Maret juga mengalami kenaikan sebesar 1,40% dibandingkan bulan Februari 2024, yaitu dari 1,864 juta ton menjadi 1,898 juta ton.
Konsumsi pada bulan Maret untuk pangan mengalami kenaikan 7,54% menjadi 827 ribu ton dari sebelumnya 769 ribu ton pada bulan Februari. Demikian juga konsumsi untuk oleokimia naik 6,86% menjadi 187 ribu ton dari 175 ribu ton pada bulan Februari.
“Sedangkan konsumsi biodiesel pada bulan Maret turun 3,95%, dari 920 ribu ton pada bulan Februari menjadi 884 ribu ton,” sebutnya.
Terkait kinerja ekspor, menurutnya, di bulan Maret terjadi kenaikan 18,21% yaitu dari 2,166 juta ton pada bulan Februari menjadi 2,560 juta ton.
“Kenaikan ekspor pada bulan Maret yang terbesar terjadi pada CPO sebesar 114,73% atau dari 152 ribu ton pada bulan Februari menjadi 327 ribu ton. Diikuti oleh oleokimia sebesar 17,91%, dari 364 ribu ton pada bulan Februari menjadi 429 ribu to. Sedang olahan CPO naik sebesar 12,20%, dari 1,495 juta ton pada bulan Februari menjadi 1,677 juta ton,” ungkapnya.
Penurunan ekspor bulan Maret terjadi pada PKO sebesar 98,73% menjadi 0,19 ribu ton dari sebelumnya 15 ribu ton. Ekspor biodiesel jugga anjlok sebesar 54,54%, dari 11 ribu ton pada bulan Februari menjadi 5 ribu ton. Ekspor olahan PKO juga turun sebesar 5,69% menjadi 121 ribu ton dari 129 ribu ton pada bulan Februari.
Nilai ekspor bulan Maret naik 4,47% menjadi USD 2.178 juta dari USD 2.082 juta pada bulan Februari. "Ini didukung oleh kenaikan harga CPO dari USD 965 per ton menjadi USD 1.042 per ton,” paparnya.
Dia melanjutkan, kenaikan volume ekspor terbesar terjadi untuk tujuan India, yakni naik 216 ribu ton menjadi 456 ribu ton. Pada bulan Februari ekspor ke India turun sebesar 287 ribu ton.
Kemudian diikuti oleh Bangladesh yang naik sebesar 128 ribu ton menjadi 162 ribu ton setelah turun 43 ribu ton pada bulan Februari. Lalu China yang naik sebesar 121 ribu ton menjadi 447 ribu ton setelah turun 49 ribu ton pada bulan Februari.
Penurunan volume ekspor pada bulan Maret terjadi untuk tujuan Amerika Serikat sebesar 74 ribu ton menjadi 129 ribu ton, Uni Eropa sebesar 24 ribu ton menjadi 317 ribu ton, dan Malaysia sebesar 37 ribu ton menjadi 52 ribu ton.
Secara YoY sampai dengan bulan Maret tahun 2024 terhadap 2023, ekspor tujuan Pakistan meningkat 68,49% menjadi 741 ribu ton berbanding 440 ribu ton pada 2023.
Demikian juga untuk India yang naik dengan 3,62% menjadi 1,223 juta ton berbanding dengan 1,180 juta ton untuk tahun 2023. Sedangkan untuk tujuan China YoY Maret 2024 lebih rendah 4,2% berbanding dengan tahun 2023, tujuan EU 3% lebih rendah dan USA 1,16% lebih rendah.
Dengan stok awal Maret sebesar 3,264 juta ton, produksi CPO dan PKO 4,493 juta ton, konsumsi dalam negeri 1,898 juta ton dan ekspor 2,560 juta ton, maka stok akhir Maret 2024 menjadi 3,300 juta ton atau meningkat sekitar 1,09 % dibandingkan stok bulan Februari 2024.







Komentar Via Facebook :