https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Dulu Sawitnya Ditebang, Menyesal Setelah Harga TBS Naik

Dulu Sawitnya Ditebang, Menyesal Setelah Harga TBS Naik

Ilustrasi replanting kebun kelapa sawit. Foto: Ist.


Luwu Utara, elaeis.co -�Tahun 2015 adalah tahun kelam bagi para petani sawit swadaya di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Saat itu harga tandan buah segar (TBS) anjlok hingga menjadi Rp 400/kg.

"Saat itu harga CPO anjlok, pengaruhnya sangat buruk ke harga TBS kami. Alhasil, sebagian dari petani menebang pohon sawit yang sudah dirawat bertahun-tahun," kata H Rafiuddin SH (57), petani sawit swadaya di Luwu Utara, kepada Elaeis.co, Senin (24/1/2022).

Menurut Ketua DPD Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Luwu Utara periode 2020-2025 itu, sebagian petani mengganti tanamannya dengan jagung, pala, kopi, cokelat, dan lainnya.

"Pokoknya komoditas apa yang lagi mahal saat itu, itulah yang ditanam mereka," kata Rafiuddin.

Rafiuddin sendiri dan sebagian petani sawit lainnya memilih sabar menghadapi keadaan.

Lalu keadaan berubah saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) mulai mengaktifkan dan meningkatkan program biodiesel berbahan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) mulai tahun 2016 dan menggalakan program peremajaan sawit rakyat (PSR) di tahun 2017.

Sejak saat itu harga TBS di Luwu Utara mulai beranjak naik. Tetapi para petani yang sudah menebang pohon sawit tak jeli melihat hal ini dan kukuh berkebun tanaman lain.

"Tahun 2019, sebagian kecil di antara mereka mulai berubah. Ini setelah mereka melihat harga TBS terus naik walau saat itu masih di bawah Rp 2.000/kg," kata Rafiuddin.

Sejumlah mantan petani sawit lalu memutuskan ikut PSR. "Saat saya dipercaya menjadi Ketua APKASINDO Luwu Utara sejak tahun 2020, PSR terus digalakkan seiring dengan kenaikan harga TBS," katanya.

Saat ini jumlah lahan yang sudah sudah ikut PSR mencapai 3.000 hektare. Sebagian besar adalah milik petani yang dulunya menebang pohon sawit mereka.

"Saat harga TBS tinggi kayak begini, terpaksa jadi penonton sajalah dulu. Tapi ada beberapa petani yang ikut PSR tahun 2019 yang sudah panen perdana. Intinya, kalau kita mau bersabar, pasti ada jalan perbaikan," tegas Rafiuddin.�


BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :