Berita / Pojok /
Dirgahayu ke-25 Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO)
Logo Apkasindo berlatar belahan brondolan kelapa sawit. foto: mediacenterriau
Oleh: Sudarsono Soedomo*)
Dua puluh lima tahun perjalanan APKASINDO merupakan catatan penting dalam sejarah gerakan petani Indonesia.
Organisasi ini lahir bukan dari rancangan birokrasi, melainkan dari keberanian rakyat kecil yang memilih berdiri di atas kakinya sendiri.
Dari desa-desa yang jauh dari sorotan, para petani sawit mandiri membangun kebersamaan, menata kekuatan, dan membuktikan bahwa kemandirian bukan sekadar slogan, tetapi realitas yang tumbuh dari kerja keras dan keyakinan pada martabat manusia.
Pernah suatu ketika, seorang pejabat pertanian di salah satu provinsi menyatakan bahwa kelahiran petani sawit mandiri sebenarnya "tidak dikehendaki".
Baca juga: Nasionalisasi Akal Sehat
Ucapan itu menimbulkan rasa sedih dan marah sekaligus-dua rasa yang harus saya sembunyikan karena datang sebagai tamu.
Bagaimana mungkin, para petani yang berjuang tanpa meminta pekerjaan, tanpa menambah beban negara, justru dianggap tidak diinginkan? Padahal dari tangan mereka, lahan-lahan tidur menjadi produktif, ekonomi desa berdenyut, dan sebagian besar devisa negara mengalir diam-diam tanpa banyak pujian.
Namun di balik segala ironi itu, saya menemukan sesuatu yang membuat hati hangat: semangat dan kedisiplinan luar biasa dari para petani sawit mandiri.
Dari percakapan di grup WhatsApp mereka, saya menyaksikan etos kerja yang tulus dan jernih. Tidak ada politik partisan, tidak ada hoaks yang memecah belah- hanya diskusi tentang harga tandan buah segar, cuaca, pupuk, dan cara-cara meningkatkan produktivitas.
Saya harus katakan, grup WA para petani sawit mandiri ini adalah salah satu komunitas digital paling disiplin dan bermartabat yang pernah saya jumpai.
Kini, ketika APKASINDO menapaki usia seperempat abad, sudah saatnya seluruh pemangku kepentingan menempatkan organisasi ini sebagai mitra sejajar dalam pembangunan perkebunan nasional.
Penguatan kelembagaan petani, akses legal atas lahan, dan keadilan dalam rantai nilai sawit harus menjadi agenda bersama.
Sebab tanpa keberpihakan pada petani mandiri, keberlanjutan industri sawit Indonesia hanya akan menjadi slogan tanpa akar.
APKASINDO kini telah tumbuh menjadi simbol kemandirian rakyat yang sesungguhnya. Di tengah berbagai tantangan kebijakan dan persepsi yang sering tidak adil, mereka tetap bekerja, tetap menanam, tetap berproduksi.
Ketekunan itu menjadi bukti bahwa kekuatan bangsa ini sesungguhnya berada di tangan rakyat yang bekerja
dalam diam.
Selamat ulang tahun ke-25, APKASINDO. Teruslah menanam bukan hanya kelapa sawit, tetapi juga harapan, persaudaraan, dan harga diri bangsa.
"Negara yang besar adalah negara yang menghormati kerja rakyatnya sendiri."
*Guru Besar Kebijakan Kehutanan, IPB University







Komentar Via Facebook :