Berita / Bisnis /
Dilema Petani Sawit, Pupuk Subsidi Tak Ada, Terpaksa Beli yang Mahal
Pupuk subsidi. Foto Kementan RI.
Jambi, elaeis.co - Absennya perkebunan khususnya kelapa sawit dalam daftar penerimaan pupuk bersubsidi masih menjadi perbincangan hangat sejumlah pihak terutama petani kelapa sawit. Pasalnya kebijakan itu dinilai tidak adil, meski memang petani sawit sejak awal tidak pernah menerima pupuk subsidi.
Ketua Bidang Advokasi dan Hukum DPW Apkasindo Jambi, Dermawan Harry Oetomo turut menyoroti kebijakan pemerintah yang hanya berlakukan pupuk subsidi cenderung pada sektor pertanian. Menurutnya kontrol dari Kementerian Pertanian dan stakeholder tidak terjalin bagus. Bahkan ia menyebut hampir tidak ada.
Hal tersebut menyebabkan kerancuan pihak distributor dan pengecer pupuk bersubsidi. Sebab Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok tani (RDKK) justru dianggap angin lalu saja.
"Perlu ketegasan dan kepastian kebijakan sehingga tidak menimbulkan kegaduhan," ujarnya saat berbincang bersama elaeis.co, Minggu (10/4/2022).
Bahkan dari pengamatannya, pupuk subsidi saat ini justru tidak beredar di lapangan. Sehingga tentu menyulitkan petani dalam merawat kebunnya.
Hal ini kata pria yang sangat familiar disapa Harry itu, sejalan dengan pendapatnya bahwa sudah saatnya untuk para produsen pupuk berbenah. Tentu dalam memperbaiki kualitas pupuk yang ditawarkan.
"Harga tinggi saja masih dibeli petani. Saat ini waktu yang tepat untuk produsen pupuk berbenah memperbaiki kualitas," katanya.
Pria yang masih kental dengan logat Jawanya itu menuturkan petani pasti membeli pupuk kimia, sebab memang dibutuhkan untuk merawat kebun kelapa sawitnya. Apalagi jika pupuk yang ditawarkan itu memiliki kualitas yang bagus
Meski tinggi, harga pupuk di Jambi kata Harry masih bisa dikatakan terjangkau. Sebab harga TBS di wilayah tersebut cukup tinggi.
"Sebetulnya harga TBS tinggi itu sudah dapat menjamin kemampuan petani untuk merawat kebun miliknya. Terlebih pemupukan kan rotasinya pertiga bulan sekali," paparnya.
"Hanya tinggal bagaimana memenej hasil kebunnya saja. Di sini di Sungai Bahar dan beberapa wilayah lainnya, banyak masyarakat membeli mobil dan motor baru. Kan berarti tinggal cara mengatur keuangan saja," imbuhnya.
Kata Harry kesejahteraan tetap terjamin selama harga kelapa sawit di wilayah itu tinggi.

Komentar Via Facebook :