https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Di Riau, yang Banyak Terjebak Gunakan Bibit Sawit Palsu Petani Swadaya

Di Riau, yang Banyak Terjebak Gunakan Bibit Sawit Palsu Petani Swadaya

Ilustrasi-tanaman kelapa sawit.(dok. Elaeis)


Pekanbaru, elaeis.co - Hingga saat ini masih banyak petani kelapa sawit yang salah memilih bibit kelapa sawit untuk ditanam. Malah tidak sedikit pula yang terjebak dengan bibit palsu.

Berdasarkan data Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), terdapat beberapa alasan kenapa petani salah dalam pemilihan bibit. Diantaranya yakni menjadi korban penipuan, tidak mengetahui benih yang legal, tergiur harga murah, dan putus asa lantaran kesulitan mendapatkan bibit berkualitas.

Untuk mengantisipasi peredaran bibit palsu, Dinas Perkebunan Riau membuat dua Unit Pelaksana Teknis (UPT) khusus perbenihan. Yakni, UPT Produksi Benih Tanaman Perkebunan (PBTP) dan UPT Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Perkebunan (PSBTP)

Tidak sampai disitu saja, Disbun Riau juga telah menyediakan bibit yang bersertifikat. Bahkan juga memberikan pelayanan informasi terkait kebutuhan masyarakat akan bibit yang bersertifikat.

"Seperti UPT PSBTP ini, berbagai upaya telah dilakukan di antaranya pengawasan terhadap bibit yang dibesarkan oleh penangkar. Mulai dari penanaman kecambah sampai dengan dilepas, semua harus sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan," kata Kepala UPT Produksi Benih Tanaman Perkebunan (PBTP) Riau, Tengku Neni Mega Ayu kepada elaeis.co, Jumat (9/9)

Bahkan, UPT PSBTP juga kerap melakukan razia gabungan melibatkan pengawas benih tanaman, aparat penegak hukum karena maraknya peredaran bibit palsu.

Riau juga telah mendaftarkan 7 produsen benih kelapa sawit dan sekitar 150 penangkar bibit tanaman perkebunan yang tersebar di berbagai kabupaten/kota. Hal ini dilakukan agar akses masyarakat untuk memperoleh bibit yang bersertifikat tidak lagi terhambat oleh jarak tempuh.

"Hanya saja, masih banyaknya masyarakat yang terjebak dengan penggunaan bibit atau benih palsu karena tergiur dengan harga yang murah tanpa menanyakan kejelasan izin penjual," kata dia.

Memang saat ini untuk mendapatkan kecambah di produsen benih, cukup memakan waktu karena harus melakukan pemesanan terlebih dahulu (indent). 

Hal ini menurut Mega akibat banyaknya permintaan terhadap kecambah kelapa sawit. Terlebih berkaitan dengan program PSR dimana banyak tanaman kelapa sawit yang sudah memasuki usia tua dan layak untuk diremajakan. 

"Nah, karena tak sabar menunggu, masyarakat lebih memilih membeli bibit ke penjual yang tidak jelas. Dan biasanya, yang banyak terjebak pekebun swadaya," tandasnya.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :